Notification

×

Refleksi Milad Muhammadiyah 113

Kamis, 07 Juli 2022 | Juli 07, 2022 WIB

jailani_tong
Penulis: Jailani Tong, M.Pd
MATALINENEWS.COM- Kini Muhammadiyah telah berusia 113 dan tepatnya memasuki abad yang ke dua, sejak didirikannya oleh K.H. Ahmad Dahlan pada 8 Zulhijjah 1330 bertepan dengan 18 November 1912 di Kauman, Jogjakarta. 

Sebelumnya, Ahmad Dahlan telah mendirikan lembaga pendidikan yaitu pada tahun 1911. Lembaga pendidikan inilah yang kemudian menjadi cikal bakal amal usaha Muhammadiyah yang hari ini telah tersebar diseluruh penjuru tanah air bahkan beberapa perguruan tinggi Muhammadiyah berhasil dibangun di beberapa negara. 


Kehadiran lembaga pendidikan Muhammadiyah dalam realitanya tidak hanya dirasakan manfaatnya oleh umat muslim khususnya warga Muhammadiyah akan tetapi dirasakan manfaatnya oleh warga non-Muhammadiyah bahkan saudara- saudara yang bukan agama Islam.


Teringat sebuah ungkapan Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Abdul Mu'ti dengan karakternya yang sedikit suka guyon, ia mengatakan bahwa "Muhammadiyah menjamin bahwa saudara yang non-muslim ketika menuntut ilmu dari lembaga pendidikan Muhammadiyah, mereka keluar masih tetap dengan agamanya mereka".


Hal ini menunjukkan bahwa kehadiran Muhammadiyah, khususnya lembaga pendidikan, murni untuk menyebarkan ajaran kanjeng Nabi yaitu menyebarluaskan ilmu pengetahuan. Sedangkan urusan keyakinan (agama) adalah urusan pribadi masing-masing. 


Muhammadiyah hari ini berbeda dengan Muhammadiyah pada masa awal. Muhammadiyah hari ini telah tumbuh besar dan berkembang hingga penjuru dunia. Tentu keterimaan Muhammadiyah di luar negeri berkat kerja keras dan kerja nyata yang dilakukan oleh pimpinan yang memiliki karakter yang sangat luar biasa yaitu bekerja untuk membesarkan Muhammadiyah tanpa ada niatan lainnya. Mengapa itu bisa terjadi, hal ini sering disampaikan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Haedar Nashir bahwa untuk menjadi pimpinan di Muhammadiyah harusnya "sudah selesai dengan diri sendiri". Kalimat ini memang sederhana namun jika digali maknanya sungguh sangat dalam. 


Mengapa harus "selesai dengan diri sendiri".? 

Pertama, jika sudah selesai dengan diri sendiri, tentu tidak jadikan Muhammadiyah sebagai kenderaan untuk membesarkan diri sendiri, 


Kedua, jika sudah selesai dengan diri sendiri, tentu tidak tergiur dengan segala kekayaan yang Muhammadiyah miliki, 


Ketiga, jika sudah selesai dengan diri sendiri, tentu akan memberikan kebermanfaatan bagi banyak orang, bukan golongannya sendiri, 


Keempat, jika sudah selesai dengan dirinya sendiri, tentu akan mengutamakan kepentingan organisasi diatas kepentingan lainnya, 

 

Kelima, jika sudah selesai dengan dirinya sendiri, tentu lebih mudah untuk menyelesaikan masalah-masalah di Muhammadiyah. 


Tentu kita harus bersyukur karena Allah menganugerahkan pimpinan Muhammadiyah di seluruh level yang memiliki komitmen bermuhammadiyah yang sangat luar biasa atau seperti yang dikatakan oleh Prof. Haedar Nashir yaitu "telah selesai dengan dirinya sendiri".


Muhammadiyah di Nusa Tenggara Timur, telah masuk dan berkembang di 22 kota dan kabupaten. Begitu juga dengan keberadaan amal usaha Muhammadiyah mulai dari PAUD, SD, SMP dan SMA. Berbeda dengan perguruan tinggi Muhammadiyah di Nusa Tenggara Timur, baru dibeberapa tempat yaitu Alor (STKIP Muhammadiyah Alor), Maumere (IKIP Muhammadiyah Maumere), dan Kota Kupang (Universitas Muhammadiyah Kupang) atau biasa dilabeli dengan istilah the real campus multicultural dengan bangunan yang sangat mewah dalam ukuran di Kota Kupang dan memiliki mahasiswa dengan jumlah sangat cukup bangat. Begitu pula dengan jumlah dosen dan pegawainya. 


Pada momentum milad Muhammadiyah ke 113, Muhammadiyah, khususnya di Nusa Tenggara Timur perlu merefleksikan diri dalam beberapa hal:


Pertama, walaupun Muhammadiyah telah dikenal oleh seluruh kalangan, namun perlu juga agar dapat melakukan pendekatan dengan pemerintahan daerah, hal ini semata-mata untuk kepentingan yang jauh lebih besar manfaatnya, 


Kedua, dengan begitu Muhammadiyah mampu memberikan masukan kepada pemerintahan terkait dengan kebijakan-kebijakannya, 


Ketiga, Bersama-sama bergandengan tangan membesarkan daerahnya dengan sejumlah potensi yang dimilik, Muhammadiyah dengan sumber daya manusianya dan pemerintah dengan fasilitas yang dimilikinya. 


Sudah saatnya Muhammadiyah berkolaborasi dengan pemerintah untuk membesarkan daerah dengan tetap memegang prinsip hidup Muhammadiyah. 


Tak perlu alergi dengan setiap rezim pemerintah, walaupun Muhammadiyah bisa tetap berjalan sendiri, tapi kalau bisa berjalan bersama (kolaborasi) mengapa pilih jalan sendiri. 

Penulis: Jailani Tong, M.Pd