Penulis : Hamid Nasrudin Anas, S.H (Aktivis Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah NTT) |
MATALINENEWS.COM- Munir sebagai cendikiawan Hukum yang bergerak aktif lewat isu HAM, Kriminalisasi aktivis, Kasus penghilangan orang, Korupsi, kolusi, nepotisme, isu buru, rakyat miskin desa dan kota. Sebagai aktivis yang dicatat sejarah dibunuh pada periode Peresiden Susilo Bambang Yudoyono tentu mejadi tanda tanya bagi generasi periode presiden Jokowi Dodo, tentu tahun 20004 adalah periode pertengahan reformasi yang tentu secara sederhana kita paham bawah kepemimpinan politik tanah air telah shift move dari rezim diktator Suharto ke tiga presdin setelahnya yaitu Habibi, Megawati hingga Susilo Bambang Yudoyono.
Sebagai aktivis Hak Asasi Manusia yang juga aktif di Lembaga Bantuan Hukum, Munir tidak tanggung mengusut dan menginvestigasi kasus kasus yang melibatkan rekam jejak suram politik militer dan relasi kuasa hingga periode Presdien SBY, hal ini dibenarkan dengan catatan gerakan Munir. Dua tahun setelah bergabung dengan LBH (Lembaga Bantuan Hukum) Surabaya, Munir terpilih sebagai ketua LBH Pos Malang. Lembaga inilah yang kemudian menjadi wadah Munir menampilkan keberpihakannya memperjuangkan HAM. Pada tahun 1996 Munir kemudian mendirikan Koordinator KIP-HAM yang bertujuan untuk memonitor dan advokasi kasus-kasus kekerasan yang dilakukan negara. Koordinator KIP-HAM kemudian berubah nama menjadi Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS). Namun, sejak masuk transisi politik pasca 1998, ruang gerak aktivitas politik Munir menjadi terbatas. meski begitu, kegesitan Munir membela keadilan HAM membuat para korban tertindas tetap melabuhkan keresahan pada KontraS dan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) tempatnya bekerja. Kasus-kasus rumit pun menjadi agenda kerja Munir dan KontraS. kasus-kasus yang berdatangan diantaranya penembakan mahasiswa di Trisakti, Semanggi I dan Semanggi II, Tragedi Mei (1998), Kasus Tanjung Priok (1984), Kasus Talangsari (1989), kasus Timor Timur pasca referendum 1999, DOM Aceh dan Papua, kerusuhan di Maluku, kalimantan, dan Poso. Sebelumnya, pada 1993 Munir juga menggarap kasus seorang buruh wanita yang dibunuh karena meminta kenaikan upah bernama Marsinah. advokasi Munir bersama KontraS pun membawa pengaruh besar dalam sistem sejarah politik militer Indonesia. Advokasinya atas penculikan aktivis mahasiswa berhasil melengserkan tiga perwira penting militer Kopassus, di antaranya Letjen Prabowo Subianto yang sekarang telah terpilih menjadi presiden pada Pemilihan Prediden 2024, Mayjen Muchdi PR, dan Kolonel Chairawan.
Munir Efek
Di Indonesia tidak sedikit aktivis aktivis yang tajam dan bermental baja seperti Munir
Mereka adalah manusia manusia iklas yang berjuang tanpa henti bergerak demi memperjuangkan keadilan yang merata demi mereka yang papa Dan terbelakang.
Tidak sedikit aktivis mahasiswa yang terus mengepakkan sayap perjuangannya, mulai dari kasus perampasan tanah, korupsi yang melibatkan relasi kuasa, hingga kasus kasus besar yang melibatkan pejabat publik, Aktivs gerakan kiri hingga kanan memang perlu melakukan pembaharuan pembaharuan gerakan demi menjaga keperawanan dari konsekuensi Sejara perjuangan mahasiswa di Indonesia, mari kita sedikit jujur dalam mengucapkan pandangan gerakan mahasiswa belakangan ini, secara kritis penulis hendak increase lensa gerakannya mulai dari Nusa Tengara Timur kasus kasus pelangaran HAM advokasi isu isu lingkungan, intimidasi aktivis masi didominasi oleh organ organ yang dikenal kiri, kiri yang dimaksut ialah organisasi organisasi nasional yang liberal. Pandangan ini mungkin akan menganggu gerakan gerakan mahsiswa yang basisnya “teokrasi” lebih jujur lagi dan dengan pandangan yang masuk akal seharusnya perjuangan perjuangan Munir sebagai aktivis Hak Asasi Manusia yang juga mengawali napas gerakannya dari organ kanan seperti Himpunan Mahasiwa Islam, selayaknya organ organ gerakan yang basisnya agama perlu mengilhami napas perjuangan Munir Said Thalib. Lebih kritis lagi dewasa ini penulis yang datang dari latar belakang gerakan mahasiswa Islam yakni Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah mencoba merefleksikan jalan panjang perjuangan gerakan mahasiswa di NTT, organ organ gerakan yang berbasis Islam semisal HMI, IMM, PMII, KAMII, di NTT menjadi Kaku dan terkesan hanya menampilkan paraphernalia geraknya saja, sekali lagi pandangan ini tidak hanya sekedar menuding tapi lebih jujur pandangan ini menembus masuk kondisi real gerakan gerakan mahsiswa di NTT yang masi sangat lemah dan musiman.
Reflektif
Munir adalah wujud lain dari Kita yang terus menerus memperjugkan hak rakyat miskin yang tertindas’ sekali lagi bahwa tidak seperti rekan rekan di tanah Jawa, tidak pula seperti para dedengkod yang bergabung menjadi aktivis lalau kalau kata Soe Hoe Goe merka merka itu lalu mempurnakan nafas gerakannya dengan menjadi sekrup sekrup kekuasaan.
Sebagai mahasiswa yang baru menapaktilas karir pada gerakan aktivis kemahasiswan di tahun 2015/2016 tentu mengenal biografi Dan rekam jejak Munir lewat beberapa buku buku, media cetak koran, majalah hinggga penghotbaan senior senior gerakan pada ruang ruang perkaderan, memperhatikan progres progres Munir lewat wacana wacana HAM pada buku buku aktivis. memahami Sosok Munir adala hal yg tidak sukar, sebab itu Munir selalu hidup didalam diri aktivis sebaagi kekuatan bernama keberanian, konsistnsi Munir dalam membela yang lemah semacam menjadi magnetik tersendiri bagi aktivis gerakan yang konsen membaca dan peka terhadap isu isu politik ekonomi tanah air, ada satu kalimat Munir yang seakan mebentak sebenarnya. Kata munir saat saya putuskan untuk mendirikan sholat lima waktu disaat itu pula saya harus membela Dan memperjuangkan merka yang lemah dan ditindas, Munir telah jadi manifesto dari apa yang disebut Keberanian.
Penulis : Hamid Nasrudin Anas, S.H (Aktivis Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah NTT)