Notification

×

MENJAGA MARWAH PERSYARIKATAN ADALAH IKHTIAR MENUJU AUM YANG BERMARTABAT

Rabu, 24 Maret 2021 | Maret 24, 2021 WIB
sudarjo_abd_hamid
Penulis: Sudarjo Abd. Hamid

MATALINENEWSAmal Usaha Muhammadiyah (AUM) merupakan embaga swasta persyerikatan yang telah membumi lama di santero Nusantara. Kokoh berkiprah hingga ke pelosok negeri demi kemaslahatan umat dan keutuhan bangsa.

 

Muhammadiyah hadir sebagai Soko guru, agen pembaharu seluruh aspek dan tatanan kehidupan, sehingga hingga detik ini masih eksis dan memberi kontribusi besar terhadap kemajuan pendidikan Indonesia.

 

Amal usaha Muhammadiyah di bumi Flobamora masih terbilang kecil, karena belum merata menyebar hingga pelosok bumi komodo. Lagi pula kader Ortom secara kuantitas belum memadai untuk mengelolah AUM yang ada.

 

Universitas Muhammadiyah Kupang (UMK) adalah salah satu AUM yang notabene mampu mengorbitkan ribuan para cerdik pandai setiap tahun, dan mampu bersaing berdiri sama tinggi dengan kampus-kampus lain di NTT, dunia kerja pun tidak sedikit para alumni mampu secara kompetitif  masuk kedalam sistem baik itu swasta hingga perkantoran pemerintahan.

 

Ini sebuah hal yang cukup membanggakan karena UMK mampu menjawab tantangan dari sisi akademis dan dunia usaha lainnya.

 

UMK secara kelembagaan merupakan titipan persyerikatan, sehingga segala bentuk kebijakan harus berlandaskan pada kaidah dan AD/ART organisasi besar tersebut.

 

Memang harus di akui bahwa, komunitas mahasiswa dengan latarbelakang yang berbeda, namun lembaga Sudi menampung dan memberi ruang untuk berkolaborasi dengan pihak lain tanpa memiliki sekat perbedaan yang meruncing.

 

Beragam latarbelakang inilah sebagai pilar utama untuk eksis dan berubah pesat dari tahun ke tahun  menuju puncak persaingan di ibukota provinsi.

 

Walaupun komonitas mahasiswa tergolong beragam, namun Marwah persyarikatan harus dikedepankan, agar warna tetap tersemat dan kaidah tetap kokoh tak tergerus oleh nilai nilai non Muhamadiyah yang merasuk dari gerbang hingga tiap bilik ruang petinggi.

 

Fenomena keraguan mulai bergeser sejengkal, dengan hadirnya pertemuan dan pose bersema alumni dan rektor beberapa saat lalu. Entah apa yang menjadi topik pembicaraan, semuanya masih dalam buku bambu. Tetapi sinyal isyarat telah mendonor hingga ke jantung ortom, bahwa salah satu organisasi nasional akan masuk bertandang  membentuk raga didalam kampus pluralistik itu.

 

Pertanyaan besar yang bergelayut dalam diri insan Ortom. Bahwa apakah boleh, hal tersebut bisa menjadi indikator utama menjawab pluralisme kehidupan kampus ? 

 

Sebuah jawaban yang mesti dijawab spontan tanpa pesan sponsor. AUM yang berperan penting adalah Ortom, disana ada namanya IMM.

 

Jikalau sebatas merekrut kader itu hal yang wajar, namun sangat bertentangan dengan naluri persyarikatan,bila sekretariat pun harus kibarkan bendera didalam  AUM tersebut.

 

Ortom harus berpikir lebih tajam, dan berlari lebih cepat dalam menanggapi hal ini. Kenapa ? Bila dibiarkan maka hilang eksistensi persyarikatan yang telah di dengungkan berabad abad lamanya.

 

Ikhtiar kita adalah bagaimana kita bersih dari segala warna warni, karena kita bukan sedang lakukan pertemuan bilateral, ataupun aliansi mahasiswa yang melakukan demonstrasi.

 

Sterilisasi dari petinggi hingga clining servis, mengedepankan segala bentuk tata aturan yang menjadi dasar pijak untuk sebuah AUM.

 

Jikalau semua telah terlanjur dikukuhkan menjadi keputusan, maka hilang Marwah persyarikatan dan ikhtiar menuju AUM yang bermartabat akan sulit di gapai hingga kamampuan.

 

Penulis: Sudarjo Abd Hamid (PDPM Lembata)