Notification

×

HARDIKNAS Momentum Lugas Sebuah Ikhtiar Menuju Kecerdasan Bangsa

Minggu, 02 Mei 2021 | Mei 02, 2021 WIB


sudarjo_abd_hamid
Penulis: Sudarjo Abd. Hamid

MATALINENEWS- Hiroshima dan Nagasaki adalah sejarah kelam, atas bom bardir kota tersebut, mengakibatkan  luluh lantah seperti kota mati, dan membutuhkan waktu yang lama untuk bangkit dan kembali pulih. Setelah peristiwa tersebut,seorang Kaisar menyusur kota dan menyaksikan kejadian yang cukup memprihatinkan itu. Tiba tiba kalimat sederhana terlontar dari mulut Sang Kaisar, bahwa " berapa sisa tenaga Guru yang masih hidup dari peristiwa ini "?

Pertanyaan yang cukup mencengangkan. Kenapa tidak  prihatin atas kerugian yang luarbiasa besarnya ? Kenapa nyawa Guru sangat urgen  dipertahankan  seorang Kaisar ?

Pendidikan merupakan salah satu garda depan dalam mencerdaskan bangsa, sehingga progresif pendidikan di Indonesia terus mengalami tahapan tahapan perubahan yang cukup signifikan. Unsur unsur kecil penopang pendidikan seperti kurikulum terus dilakukan pembenahan. Metodologi pengajaran terus berubah sesuai perubahan IPTEK. Sehingga kadang,guru bukan satu satunya unsur utama pembelajaran, mengingat belajar online dan sejenisnya mampu memberikan edukasi yang lebih bervariasi.

Indonesia merupakan Negara kepulauan, lembaga pendidikan menjamur hingga pelosok, sehingga kehendak undang undang untuk mendapatkan pengajaran bagi warga negara dapat terpenuhi dengan baik tanpa ada sekat antara Jawa dan non jawa.

Pendidikan terus berbenah dan mengalami beberapa titik kemajuan. Kurikulum yang tidak layak pastinya segera direvisi dan diberlakukan yang sesuai dengan perkembangan psikologi dan sosial kehidupan.

KURTILAS  adalah kependekan dari kurikulum 2013,yang hingga saat ini di gunakan,walaupun disana masih banyak dilakukan adaptasi yang cukup serius. Mengingat kelengkapan pembelajaran hingga penilaian yang tidak segampang membalikkan telapak tangan. Tapi sesuatu perubahan kemudian tidak dilandasi dengan keingintahuan lebih jauh maka guru di ibaratkan seperti katak di dalam tempurung.

Guru harus sebagai agen tunggal perubahan, karena guru adalah salah satu tim yang secara jiwa dan raga memiliki/ terpanggil untuk meracik  kecerdasan intelektual peserta didik.

Hari ini bukan guru berkuda menenteng tas penuh buku paket. Sehasta rotan dipegang erat,sesekali mendarat bila pertanyaan tak terbalas jawab. sambil ceramah panjang lebar dari lonceng bunyi pertama hingga bel pulang sekolah. Kadang keasikan ceramah  terlewati hingga lari keluar dari jalur semestinya.

Namun Guru sekarang adalah guru yang hadir disekolah bersepeda motor bahkan bermobil, hanya menenteng tas Notebook, fasilitas lengkap tanpa harus ribet dengan memanggul buku paket ukuran kiloan tersebut. Guru saat ini sungguh luar biasa, karena difasilitasi dengan pendapatan yang lebih, dan memiliki skill dalam berIT yang tidak diragukan.

Fasilitas fasilitas sekolah cukup lengkap, karena negara telah mengucurkan anggaran lewat dana BOS ataupun Afirmasi, sehingga ada sekolah yang telah menyelenggarakan ujian berbasis online.

Penilaian atas keberhasilan pada kurikulum ini, tidak sebatas kompetensi intelektual, namun kepribadian sosial juga menjadi penting dalam menentukan kelulusan peserta didik. KI1, KI2, KI3 hingga KI4 adalah benang merah yang harus di tarik rata sejajar, untuk melihat keseimbangan dalam pembelajaran. 

Penentuan kelulusan adalah otonomi sekolah, apalagi kondisi pandemi yang belum pulih dari sekitar kita. Sehingga dituntut guru untuk meluluskan siswanya dengan beberapa pertimbangan.

Di hari ini merupakan hari lahir pendidikan Nasional, ada harapan harapan ditambatkan untuk sebuah mimpi kedepannya. Guru siswa lembaga serta orang tua dan pemerintah, merupakan komponen utuh yang tak bisa di pisahkan, karena ada keterkaitan dan kesinggungan dalam memajukan pendidikan.

Guru dalam mengajar tapi jangan lupa untuk mendidik. Sebagai guru harus melekat di jiwanya untuk sebuah perubahan kedepan buat muridnya,. Baik itu intelektual maupun Budi luhur yang telah dilekatkan beberapa waktu lalu.

Sehingga seorang guru harus mempunyai multitalent, selain mengajar tapi juga harus tau mendidik,untuk keseimbangan intelektual serta rohani. Mendidik bukan harus menampar dan menjewer, mendidik bukan dengan rotan ataupun mister, bukan dengan bully atau menjemur hormat bendera/ matahari. Namun mendidik adalah bagaimana guru membentuk pengalaman pengalaman yang baik, meluruskan sesuatu yang tidak sesuai norma kehidupan, menasehati dan dampak dampak buruk yang didapatkan. Guru harus pandai menasehati untuk kebaikan kebaikan kedepannya, menjadi promotor untuk di gugu dan ditiru. Karena jikalau kita ingin baik diikuti, maka baikan pribadi kita terlebih dahulu agar menjadi cermin buat yang lain.

bila kita tidak memiliki akhlak yang baik untuk ditauladani, maka jelasnya segala bentuk harapan untuk diwujudkan pasti bergeser jauh dari harapan.

Mari kita jadikan momentum ini, untuk berusaha yang terbaik, menuju kecerdasan bangsa yang lebih maju.jangan lupa untuk berdoa, agar Allah SWT mampu menjadikan kita serta seluruh stakeholder  pendidikan mewujudkan merdeka belajar yang lebih Arif untuk kedepannya.

Mari kita galakan merdeka belajar untuk Indonesia.

Mari kita serentak bergerak mewujudkan merdeka belajar.

Dirgahayu HARDIKNAS moga kedepannya lebih baik dan berarti untuk semua komponen bangsa.

Penulis : Sudarjo Abd. Hamid

(Guru PAI SDI Aihua Buyasuri Lembata)