Kepala desa Bean (Syamsuddin Hud) |
Desa Bean secara de-facto dan de Jure, berdiri sejak tahun 1999,yang sebelumnya adalah dusun empat wilayah administrasi desa Benihading. Jarak tempuh dari ibukota kecamatan adalah 14 KM, dengan tekstur jalan sebagian aspal dan lainnya adalah tanah berbatu, yang setiap saat bisa terjadi kecelakaan karena akses jalan yang sangat buruk. Apalagi di musim penghujan tiba, tentunya sangat berhati hati untuk berkunjung ditempat ini. Sehingga ketika musim barat, akses ekonomi serta sosial pasti terhambat dan sangat berdampak pada 600 san jumlah penduduk. Padahal Bean adalah lumbung hasil pertanian, yang melayani hari pasar ke dua kecamatan di Uyelewun.
Desa ini memiliki akses jalan masuk dari desa Atu'laleng, Atu'waqlupang, Benihading, Benihading II, Panama serta desa Tobotani, keadaan jalan cukup kritis hingga tembus di desa ini. Karena beberapa titik beraspal, namun sebagian besarnya masih tanah berbatu. Penduduknya cukup heterogen terdiri dari berbagai suku, serta beragam profesi. Desa ini memiliki dua masjid, 1 mushalah, 1 Kapela, Puskesmas, dan 3 lembaga Pendidikan. PLN pun telah hadir menjawab program pemerintah, sehingga desa Bean sedikit bergeser dari ketertinggalan. Cukup makmur desa tersebut, karena peluang sumber daya alam yang melimpah, namun secara teknik belum dikelolah dengan jitu.
Kepala desa Bean (Syamsuddin Hud) usai dikonfirmasi melalui via WhatsApp pada Kamis, (15/09) menjelaskan bahwa, Bean memiliki luas wilayah 4,40 Km persegi, yang tidak seimbang dengan rasio penduduk, sehingga jarak bangunan rumah pun cukup jauh. Sehingga tata ruang perlu dilakukan menuju lahan produksi, tempat umum dan akses ke tempat wisata. Secara geografis Bean adalah dataran rendah dengan hamparan luas, dan mendapat pasokan dua mata air yang bermuara ke tempat ini yakni mata air Wei Toke dan mata air Wei Lawan, yang secara tidak langsung mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga serta pertanian masyarakat setempat. Lanjut beliau, Pemerintah desa akan mendorong pertumbuhan ekonomi desa, yakni kembali membuka pasar wisata desa, yang telah dirintis oleh H. Rahmad Wulakada ( Kades Pertama desa Bean), sebagai upaya peningkatan ekonomi dan menambah pundi pundi pendapatan desa.
Ia menambahkan bahwa, sembilan lapak akan dibangun dengan bahan lokal diseputaran jeti, penataan pantai pasir putih, mancing mania seputaran Waq Puen, daki tanjung merah dan berselfi ria, yang bisa menarik minat wisatawan lokal maupun kabupaten Alor untuk berkunjung. Prinsip Saya adalah ATM, Amati, Teliti dan Modifikasi, nah hal ini yang akan saya lakukan di tempat ini.
Syamsuddin berharap pemerintah ataupun pihak ketiga bahwa kendala infrastruktur jalan dan juga Signal di desa ini bisa diperhatikan, sehingga akses ekonomi bisa tumbuh, dan promosi wisata dan kuliner bisa terbaca dan terlihat di media. Sehingga dampaknya adalah orang akan ramai ramai berkunjung ke tempat ini.
“Memang di tempat ini SDA sangat menjanjikan, namun kesiapsiagaan SDM untuk mengelola masih sangat terbatas. Dalam angan saya, BUMDES ( Badan Usaha Milik Desa) untuk segera disosialisasi dan di eksekusi, agar sektor pertanian, perkebunan, wisata kuliner, perikanan dan kelautan yang menjadi sumber pokok kehidupan masyarakat bisa terjamah anggaran”tambah Syamsuddin.
“Dukungan oleh seluruh lapisan pihak sangat diharapkan demi kemajuan Bean sejajar dengan desa lain. Insa Allah bila pasar wisata ini terwujud, maka saya akan undang seluruh Kades, BPD, se Omesuri dan Buyasuri, Camat Dua Kecamatan, Penjabat, jurnalis serta pihak pihak terkait untuk hadir menyaksikan Open Seremoni” tutup Tutup Kepala desa Bean. (Sudarjo)