Notification

×

Supriadi Djae: Goresan untuk Pahlawanku "Guruku Idolaku"

Jumat, 25 November 2022 | November 25, 2022 WIB

guruku_idolaku
Penulis: Supriadi Djae
KALABAHI - Salah satu bangsa modern yg menghargai profesi guru adalah bangsa Jepang. Bangsa Jepang menyadari bahwa guru yang bermutu merupakan kunci keberhasilan pembangunan. 


"She no on wa yama yori mo takai, umi yori mo fukai", yang artinya jasa guru lebih tinggi dari gunung yang lebih tinggi, lebih dalam dari laut yang dalam. Ini merupakan ungkapan penghargaan Bangsa Jepang terhadap profesi guru.


Dulu waktu Jepang dibom oleh sekutu, pertanyaan kaisar jepang pertama kali keluar dari bibirnya adalah berapa jumlah guru yang meninggal dan berapa jumlah guru yang masih hidup.


Dalam situasi ini pandangan masyarakat modern terhadap guru belum merupakan profesi yang profesional jika hanya mampu membuat murid membaca, menulis dan berhitung, atau mendapat nilai tinggi, naik kelas dan lulus ujian. 


Masyarakat modern menganggap kompentensi guru belum lengkap jika dilihat dari keahlian dan ketrampilan yang dimiliki melainkan juga dari orientasi guru terhadap perubahan dan inovasi. 


Bagi masyarakat modern,  eksistensi guru yang mandiri, kreatif dan inovatif merupakan salah satu aspek penting untuk membagun kehidupan bangsa.

Secara umum status guru didalam masyarakat dan budaya Indonesia masih menempati tempat yang terhormat, meski memang ada dekadensi yg terjadi jika dibandingkan dangan dulu.


Kita harus mengakui para guru- guru kita yang dulu memiliki integritas kinerja yg lebih baik meski mereka tidak diberi kemudahan sebagaimana guru- guru yang bertugas masa sekarang.


Menurut pandangan saya, ada dua faktor yang bisa dilihat dari persoalan guru tersebut yaitu faktor eksternal.


Banyak yang mengakui kemorosotan dalam mutu kinerja guru kita selama ini dikarenakan sistem pendidikan guru di Indonesia makin ketinggalan zaman. Kemerosotan taraf kesejahteraan dalam kehidupan guru dan memudarnya status sosial dalam kehidupan bermasyarakat, perubahan dalam ketersinggungan antara sekolah dan politik, perubahan dalam watak birokrasi pendidikan.


Selain itu faktor yang kedua adalah faktor internal.


Kelemahan mendasar pada guru yaitu kelemahan akademik, kurang kuatnya penguasaan guru terhadap materi pendidikan yang harus mereka sampaikan kepada siswa, kelemahan pedagogik adalah kelemahan guru dalam membimbing siswa dalam proses pendewasaan.


Menjadi GURU adalah tugas mulia sekaligus tugas yang sangat berat, tidak semua orang bisa memikulnya, karena itu menjadi kewajiban kita semua  untuk menghargai dan mengapresiasi  guru sesuai porsinya. Beban yang diemban guru makin berat setiap harinya sementara mereka terus dituntut untuk tetap prima menjalankan proses belajar mengajar demi perbaikan pendidikan suatu bangsa.


Sepantasnya ada reaktualisasi peran dan gerakan penyadaran dari semua pihak sangat diharapkan untuk memulihkan citra guru. GURU harus lebih meningkatkan profesionalismenya sehingga tidak "gagap" ketika mengemban misinya sebagai penyemai intelektual, pemupuk nilai kemanusiaan,  dan penyubur nilai moral kepada peserta didik.


Goresan untuk Pahlawan Ku!

GURU KU IDOLA KU


Penulis: Supriadi Djae