Notification

×

Ridwan Harun: Remaja Masjid dan Semangat Belajar

Rabu, 08 Februari 2023 | Februari 08, 2023 WIB

ridwan_harun
Foto: Ridwan Harun (Da’i Muda Gerakan Islam Cinta Indonesia)

MATALINENEWS.COM--
Dewasa ini bukanlah pribadi yang menjadi pewaris, menjaga dan merawaat bumi sebagaimana harusnya. Kita akan merasa malu, apabila apabila kita tahu bahwa umat ini, yang mengklaim diri sebagai umat terbaik, hanyalah sebuah mainan kecil yang berada di tengah para tiran dan pelaku kejahatan. Demi meredekan kepedihan ini, biasanya kita senantiasa berpaling ke masa lalu yang gemilang, ketika kaum muslim telah menaklukkan lebih dari separuh dunia, ketika suara muadzin merupakan nada “musikal”terbaik dunia. Kita jarang melampaui hal itu dan mulai berpikir tentang alasan-alasan sejati dibalik kegemilangan itu.


Gerangan apakah yang mengubah penunggang-penunggang unta di gurun-gurun sunyi dan gersang menjadi tolak ukur pengetahuan dan kebijaksanaan (hikmah)? Gerangan apakah yang mengubah suku-suku yang bertikai menjadi kesatuan, kekuatan, kebaikan dan kebajikan? Gerangan apakah yang membuat penggembala-penggembala jahil menjadi penakluk-penakluk Kekaisaran Bizantium dan Persia?


Marilah kita lihat apa yang telah dilakukan oleh Nabi Cinta Muhammad Saw, untuk mewujudkan revolusi yang menakjubkan ini. Ketika wahyu pertama (QS. Al-Alaq [1-5]) yang difirmankan Allah Swt, melalui Jibril As kepada Rasul Saw di Gua Hira itu. Pra kenabian Muhammad Saw, kondisi masyarakat jazirah arab begitu sangat matrealistik, hedonistik, dan begitu jahil “bodoh” yang menjadi ukuran kebangaan mereka.


Kita tahu bagaimana kaum muslim di era sekarang ini, khususnya para generasi muda muslim yang ada di pedesaaan. Antara penganut agama Islam di kota dan di desa memang kelihatan banyak perbedaan, tetapi dilihat dari aspek kesamaannya justeru lebih banyak. Jika anak muda di perkotaan suka demam ngewarkop – tongkrongan, anak-anak muda muslim di pedesaan juga demikian, hanya saja tempat tongkrongannya ayang beda. Tetapi sama-sama menongkrongkan diri, dan masih banyak contoh-contoh lain yang serupa.


Perubahan daan kemajuan di desa begitu cepat yang ditandai demean jaringan internet yang di setiap masing-masing kantor desa oleh program Kementrian Komunikasi dan Informasi (KEMENKOINFO - RI) yang bekerjasama demean PT. BAKTI. Adanya internet sebagai sarana komunikasi dan informasi yang semakin lancar, sehingga desa melek digital secara merata di seluruh penjuru tanah air. Hanya saja, anak muda di pedesaan tidak begitu memanfaatkan jaringan itu sebagai hal yang benar-benar urgen dan bermanfaat. Sehingga, banyak anak muda yang belum bisa menjadi pengguna internet yang cakap secara mental.


Jika kaum muslim kekinian hendak mengambil alih peran sebagai penghulu dunia, mereka harus memperoleh kembali harga diri memaknai kandungan “Wahyu Mukqaddimah” tersebut. Karena itu merupakan asas yang paling awal dalam ber-Islam kita. Prinsip kembali pada wahyu pertama ialah kunci dari segala kegemilangan-kejayaan demi masa depan yang cerah. Hanya saja, sebagain kita dari kalangan umat muslim belum benar-benar menghayati, meresapi dan mengkaji wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Cinta Muhammad Saw. Sehingga, surah itu diterlantarkan dalam bentuk lembaran yang dimushafkan.


Seharusnya, menjadi umat Islam yang autentik, spirit dalam menggali makna dari “Wahyu Pertama” itu menjadi kewajiban bagi pribadi muslim kapan pun dan dimana pun berada. Agar semangat belajar tidak hanya di ruang-ruang formal yang kaku, tetapi lebih kepada semangat integrasi dan dinamisasi keilmuan yang berada di semua tempat. Hal ini, perlu dipikirkan bersama dan ditinjau ulang dalam internal kelompok muslim. Kalau tidak demean demikian, maka benarlah Sabda Nabi: “Islam mulai dengan aneh dan akan kembali lagi dalam keadaan aneh.” (HR. Ahmad dari Abdullah bin Mas’ud).


Adalah menarik, semangat belajar, mengkaji, memaknai dan mendalami yang dilakukan oleh Remaja Masjid Darul Ishlah Hoelea, Omesuri, Lembata – NTT ini. Semangat belajar yang dilakukan oleh REMAS-DIH itulah menjadi awal dari proses mendongkrak peradaban masa depan, inilah yang menjadi role model bagi remaja masjid yang lain untuk kembali ke masjid demi membudayakan semnagat “literasi” dasar yang berbasis kemasjidan. Spirit kembali pada Qur’an dan sunnah Nabi ialah kembali ke masjid, kembali mengaji, kembali ber-Iqra’ dan  terus menjadi yang terbaik dan bermanfaat bagi siapa pun. 


Upaya kembali ke masjid merupakan ciri khas dari umat muslim untuk senantiasa memkamurkan masjid. Selain daripada itu, memakmurkan masjid tidak hanya melakukan ritualitas keagamaan yang hanya berkaitan dena ibadah ritual, tetapi harus juga dibarengi demean ibadah sosial, salah satunya adalah melakukan kajian rutin, dialog, khitanan dan ibadah sosial lainnya. Apalah kita yang taat secara ritual, namun tuna sosial. Apalah yang taat sosial, namun tuna ritual. Karenanya, keduanya harus berjalan seimbang layaaknya badan dan jiwa yang menjadi topang keseimbangan seseorang dalam menjalani kehidupan.


Penulis: Ridwan Harun (Da’i Muda Gerakan Islam Cinta Indonesia)