Notification

×

Setetes Makna 'lailan' sebagai Pelajaran Ubudiah dan Tataetika dalam Mengarungi Samudra Isra' Mi'raj

Selasa, 21 Februari 2023 | Februari 21, 2023 WIB

dahlan_daud

MATALINENEWS.COM
-- Semarak kegiatan keagamaan sudah umum digelar untuk meperingatan Isra’  mi’raj pada 27 Rajab, kemasan acaranya tidak hanya sekedar acara seremonial saja, namun juga beragam tulisan dan ulasan senantiasa menempel di dinding beranda setiap kali menjelang peringatan peristiwa luar baisa itu.  Seolah semuanya tidak ingin ketinggalan menunjukkan ekpresi dan beragam penemuan baru untuk menambah rasa takjub. 


Dan tentu saja dengan tulisan dan ulasan yang juga beragam dan berbeda-beda, mereka yang ahli di bidang sains mengkaji dari perspektif sain, teolog dengan seperangkat teori teologi dan metafisiknya, para failasuf menggali makna filosofisnya, ada juga yang menguraikan kisah isra’ mi’raj dengan nuansah  metaforik atau puitik, berbentuk sya’ir  dan sedikit berbau mistik.  


Di mana pelajaran ubudiyah dan tata etikanya?”, dalam hal ini para mufassirin menjadikan redaksi  “lailan minal masjidil haram” sebagai jawaban dari pertanyaan di atas. kata “lailan” inilah yang menjadi salah satu bentuk analisis para mufassirin untuk menjelaskan apa yang dimaksud “adab al ibadah”. 


Sebab jika diperhatikan di dalam Al-Qur’an, malam itu adalah sesuatu yang unik ia disebut dengan redaksi “wa minal laili fatahajjad bihi nafilatan laka asaa an yab atsaka rabbuka maqaaman mahmuudan” (QS. Al Isra’: 79).


Jadi malam sangat erat kaitannya atau berhubungan dengan maqam *(kedudukan)* atau level dan barang siapa yang menggunakan malamnya dengan baik maka ia akan mendapatkan *"maqaaman mahmuudan”* itu adalah salah satu keistimewaan malam dan kenapa Nabi diisra’ mi’rajkan pada malam hari. Lalu apa yang dimaksud dengan “adab al ibadah” di mana kita bisa mengambil pelajaran itu dari perjalanan Rasulullah saw? 


Maka pelajarannya adalah sederhana usahakan dalam beribadah jangan hanya mencari maqam atau kedudukan, usahakan dalam beribadah jangan hanya mencari momen tertentu untuk kepentingan sesaat; seperti pada momen politik, tiba-tiba muncul orang yang jadi orang baik dadakan, jadi ustadz dadakan, jadi imam sholat dadakan, jadi sopan dadakan,  dan seterusnya yang berimplikasi pada mereka yang awalnya tahu dan hafal ayat kursi, setelah duduk di kursi hanya kursinya diingat, ayatnya dilupakan


Ada fenomen tataetika ubudiah lainnya, seperti pada saat mencari pekerjaan, ibadahnya bisa lebih dari 7 kali sehari namun setelah tidak mendapatkan pekerjaan yang diinginkan (tidak lulus) ibadahnya berubah menjadi lebih dari 7 hari sekali. 


Maka sekali lagi saya mengajak *usahakan dalam beribadah jangan hanya mencari maqam atau kedudukan. Mari Hidup secara sempurnah dengan cara menyempurnahkan hidup yang telah ada & cara untuk menyempurnahkan cara mencapai hidup yang lebih baik.


Penulis: Dahlan Daud (Aman Tiri Wala Lamen Lawetoda)