Notification

×

Potret Sang Guru di Plosok Kampung

Rabu, 07 Juni 2023 | Juni 07, 2023 WIB

sudarjo_abd_hamid
Penulis : Sudarjo Abd Hamid, Guru  Pendidikan Agama Islam pada SDN Leuwalang Omesuri Lembata NTT,Penulis, Jurnalis MatalineNews dan Penulis Buku

MATALINENEWS.COM-
Guru terkenal beragam nama yang tersemat. Ada yang memuliakan dengan sebutan Ustadz, Ce’gu, Cerdik Pandai, Jou dan lain lain. Walaupun berbagai versi dalam sapaannya, namun potret tersebut memiliki fungsi pokok yang tidak bisa digantikan yakni memanusiakan manusia. Guru merupakan sebuah pekerjaan yang terbilang luhur dan berharga. Pergerakannya pada lingkup pengetahuan dan sumberdaya baik intelektual maupun rohaniah manusia. Profesi tersebut menjadi idola pada kalangan masyarakat, karena satu satunya figur pencerdas Bangsa, sekaligus pelopor  perubahan setiap waktu.  Guru senantiasa di desak untuk selalu  belajar sesuai arah perubahan dan pertukaran zaman. Guru pada tempat tertentu dihormati dan dianggap sebagai pemantik ilmu dan security moral. Rasa kekhidmatan tersebut diberikan kepada guru yang terus berdedikasi, memberikan pelayanan tanpa pandang bulu kepada siapapun juga. Guru sering disebut pahlawan tanpa tanda jasa, walaupun demikian guru selalu di guguh dan ditiru. Berkat kesempurnaan dalam mendidik, maka kita terlepas dari belenggu keterbelakangan, kemunduran dan kemelaratan. Ia ibarat lilin yang sanggup berdiri tegak menerangi dan memberi cahaya sekitarnya, walaupun dirinya harus terbakar menyisahkan puing-puing dan gumpalan cairan yang membeku tak terbentuk.


Guru adalah sebuah panggilan hati sahutan jiwa. Berkorban waktu, tenaga serta fikiran tak tangung-tanggung demi sebuah peradaban. Hadir lebih awal dan pulang paling terlambat, waktu istirahat sangat sempit, bergumul bersama keluarga hampir tak sempat, karena beban perjuangan satu dua bahkan tiga siswa dikelas tang belum sempurna dalam membaca dan menghitung. Sehingga ia harus berpikir dan membolak balikan hatinya untuk menemukan metode baru maupun media, agar siswa lebih cepat tangkap dalam pemahaman ilmu yang diajarkan. Rasa kepuasan batin sang guru itu hadir dikala siswa secara merata mengenal huruf dan angka, membentuk menjadi kata hingga kalimat bahkan menjadi sebuah paragraf utuh. Ataupun bisa menulis angka menyelesaikan pertanyaan berupa penjumlahan, perkalian, pengurangan hingga pembagian. Apabila hal tersebut tertunai maka ketenangan batin dan kepuasan jiwa sang guru diraihnya. Itu semua dijalankan tanpa keluh kesah bersungut dan bermuram durja, karena guru tau akan hikmah sebuah perjuangan mencerdaskan Bangsa. Walaupun guru kadang dibully disudutkan hingga nyaris dilukai karena beda persepsi sebagian kita, tentang proses mengajar dan mendidik sang guru. Walaupun demikian adanya, namun sang guru tetap setia menemani para muridnya hingga usia menua.


Peristiwa Hirosima dan Nagasaki merupakan awal mula guru diangkat derajatnya oleh Sang Kaisar. Sang Kaisar memahami betul tugas guru yang baginya, profesi yang tidak bisa tergantikan oleh siapapun juga. Sehingga dua Kota yang diporak porandakan oleh tentara sekutu luluh lantak tak terkendali. Yang pertama Sang Kaisar bertanya adalah berapa guru saya yang masih hiidup ? karena Ia sangat tau sebuah peradaban itu tumbuh berkembang dan terkenal, bukan ketersediaan sandang pangan serta papan, bukan kelengkapan alusista dan personil tentara yang gagah dan perkasa. Kesemuanya terlaksana kesohor dan terkenal oleh dunia sebuah Negara, apabila stok guru dengan kemampuan handal disiapkan, maka dengan sendirinya kedigdayaan dimata dunia terkenal tanpa harus melalui pesan sponsor.


1. Guru  Kampung  Di Masa Lalu 

 
Potret sang guru masa lalu dan guru saat ini, sungguh memiliki perbedaan yang cukup jauh, karena terdampak oleh perkembangan zaman moderen dan tekhnologi abad 21. Performen guru masa lalu cukup sedehana dalam penampilan. Dari rumah masih tenteng buku paket berkilo kilo dengan tas kumal hingga ke kelas, berjalan kaki dengan balutan handuk kecil melingkar dileher, sesekali menyeka peluh karena jauh berjalan. Dengan sepatu berdebu tak tersentuh semir kiwi pekat,kadang terlihat jari kaki meluber melebihi batas ujung sepatu. Bila musim hujan tiba daun pisang ataupun daun talas pengganti payung, sepasang sendal lily terseok seok hadir tepat waktu menyunting ilmu. Kadang mengorbankan waktu berkunjung kerumah siswa diluar jam sekolah apabila siswa absen lebih sehari. 

Metode mengajar cukup santun, bermakna dan bervariasi, tidak membentak dan menyinggung rasa peserta didik, ketika keliru diluruskan,salah tingkah dimaafkan, metode kegiatan belajar mengajar kadang ceramah mendominasi dari awal hingga akhir pembelajaran,terselip cerita dongeng dan pantun jenaka serta hikayat  dalam kelas, sehingga pembelajaran menyenangkan dan tanpa jenuh oleh murid sekelas. Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI ), dahulu kaya akan metode pembelajaran. Apabila materi tentang membaca tulis Al-quran, maka guru PAI mengajak para siswa ke Majid/Mushala untuk Tadarus (Pembacaan A-quran bersama sama) hingga faseh,ataupun tentang kisah para Nabi dan Rasul, Walisongo dan para sahabat Nabi, tentunya paling disukai para siswa ketika menceritakan sejarah,ataupun materi puasa maupun pelaksanaan sholat lengkap dengan rukun rukunnya, sehingga guru masa lalu kedekatan bersama siswa sangat efektif karena tidak ada sekat diantara mereka. Rasa penghormatan guru dahulu sangat besar, karena siswa sering dilibatkan dalam setiap kegitan guru walaupun itu bukan hajatan siswa atau sekolah. 

Sesekali guru membawa siswa keluar kelas sekedar refres dikebun atau taman sekolah, jabatan tangan pagi dan pulang sekolah sambil bernyanyi lagu sorak sorak bergembira atau lagu wajib lainnya. Upah guru pada saat itu pas pasan untuk kebutuhan hidup, kadang sulit mempercantik rumah hingga pensiun tanpa ada tanda mata semasa aktif menjadi guru. Kadang sering sakit asma dan batuk oleh abu kapur tulis bebas debu, saat itu pulang siswa berbondong bondong membesuk kerumah guru yang lagi sakit tersebut. 

 

Pekerjaan sampingan kadang dilakukan menjadi tukang kayu ataupun sejenisnya tanpa merasa minder. Pada saat musim hujan tiba tenaga siswa di manfaatkan semaksimal mungkin untuk pembersihan ladang atau kebun milik guru, begitu pula siswa dilibatkan untuk membawa daun kelapa kering/rumbia yang telah dianyam dari rumah sekedar menutup atap rumah guru yang bocor. 

 

Kadang nutrisi dan asupan gizi guru terabaikan karena kebutuhan hidup lainnya, sehimgga makan apa adanya ala kampung, jagung bose  dan daun  kemangi lawar tanpa penyedap rasa, minumpun sebatas air putih diberi warna daun serei sebagai pengganti teh di pagi hari, baju keki kadang lusuh dari kerak hingga lengan, kancing copot diganti dengan sematan peniti karat berselang diantara ruas kancing. Walaupun sesederhana itu kehidupan para guru masa lalu, namun optimis akan perubahan karakter anak yang dibarengi dengan doa kesuksesan setiap ibadah harian. Walaupun hidup penuh keterbatasan namun mareka mampu mencetak generasi berbudi luhur dimasa mereka.

2. Guru Kota Di Masa Kini

 
Cerminan guru saat ini sangatlah elegant dari sisi penampilan hingga pemenuhan kebutuhan  hidup yang luarbiasa, penambahan tunjangan berlipat lipat mengalir di rekening guru, selain gaji pokok ada tunjangan sertifikasi, daerah terpencil dan uang lauk pauk dan bantuan Negara lainnya, membuat guru saat ini  sangat terbilanjg sejahtera. Dari handphone android termahal hingga laptop aple berkelas, gonta ganti motor dari matic hingga motor besar hingga koleksi mobil mewah berAC, fantofel ujung runcing yang diimpor dari Negara tetangga, rumah lux dengan arsitekstur ternama, makanan lezat tersaji di meja makan dengan lauk berfariasi, minuman dingin bersoda ikut dipersatukan dalam lambung guru Kota dimasa kini, pakaian model terbaru pesan online pasti dimiliki, hingga kadang pemborosan tak terkendali di rumah tangga. 

 

Pembelajaran dan media tersedia sesuai amanat kurikulum, perangkat hingga fasilitas  melalui Bantuan Operasional Sekolah (BOS) terpenuhi, dari infokus bermerek serta kesediaan fasilitas jaringan yang mumpuni, sehingga guru saat ini terbantu oleh kesejahteraan dan ketersediaan fasilitas Negara. Guru di Kota saat ini kadang hedonistik dan individualistik, bersaing berlebihan kadang menjadi pemicu keretakan hubungan sosial antara guru. 

 

Kehidupan dikota nampak glamour dan mewah karena tuntutan materi yang dominan, kadang terkontaminasi yang menjurus pada perilaku abnormal. Tidak sedikit peristiwa dikota yang mencoreng intitusi guru, perselingkuhan sesama guru terjadi marak tiap waktu, narkoba dan judi kadang diminati, game online serta prostitusi online di gandrungi, kadang guru depresi terlilit hutang hingga mati bunuh diri, rumah tangga berantakan oleh kahadiran orang ketiga, anak terbengkalai tidak terurus hingga puncak penceraian yang tidak diinginkan oleh Negara dan agama. Perilaku perilaku ditas  sebagai simbol pergeseran nilai guru yang bagi publik adalah figur tauladan dan soko guru pergaulan.
 

Guru dikota saat ini memang fasilitas cukup tersedia, namun kadang hasil ujian dan gebyar perlombaan selalu diwarnai oleh siswa siswi dari pelosok. Cara belajar saat ini sanggat fokus pada target pencapaian kompetensi dalam program tahunan dan program semester, sehingga terabai target pada didikan karakter setiap peserta didik. Guru kadang apatis oleh perlakuan siswa  yang terbilang nakal dan sombong, atau ada siswa yang tergolong memiliki intelektual yang belum maksimal terabaikan  karena guru berprinsip bahwa “ Habis ngajar hitung uang, tau tidak tau bukan urusan saya”  sungguh miris jawaban ini guru moderen yang berjiwa digital. Guru kadang berprinsip miring  bahwa yang penting tatap muka absensi (Fingger Print), masuk kelas dan mengajar sudah cukup menjadi guru, padahal tanggungjawab bukan hanya di dunia namun pula di akhirat. Penghormatan guru saat ini oleh siswa sangat dangkal, bahkan guru di adili dikhianati hingga dicederai oleh siswa dan orangtua, hingga dilaporkan ke pihak keamanan untuk disidangkan oleh pengadilan.
 

Sangatlah beda guru di kampung hiidup dalam kesederhanaan, gotong royong, saling mengisi kekurangan dan menerima kelebihan teman lainnya. Guru dikampung tidak memiliki fasilitas sempurna, jaringan PLN juga Telkomsel kadang belum tersentuh oleh mereka. Hidup apa adanya tidak ambisi bersaing. Ada guru yang sakit lainnya mebesuk dan saling mendoakan, ada hajatan sambut baru pernikhan ataupun khitanan keluarga guru, satu sekolah ramai ramai menjadi panitia pelaksana. Bahkan guru dikampung selain memiliki profesi tersebut, ia selalu dipercayakan menjadi Ketua Dewan Stasi, Pengurus Masjid, Khatib Jumad, dan aktifitas sosial lainnya. 

 

Sehingga guru di kampung benar benar menyelami amanah undang undang Nomor 14 tahun 2005 pasal 8 atas kompetensi yang dimiliki oleh guru meliputi Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Sosial, dan Komptensi Profesional. Ini hal sangan mendominasi para guru di kampung. Walaupun berpangkat rendahan namum masa kerjanya maksimal, walaupun tidak kaya  dalam kebutuhan hidup namun kaya akan hati yang hebat luarbiasa. Bermodal handphone Nokia nonandroid, namun silaturahmi berjalan  setiap minggu, melalui pertemuan mingguan gereja, maupun kegiatan pengajian jumatan di setiap sudut kampung.
 

Oleh:  Sudarjo Abd Hamid, Guru  Pendidikan Agama Islam pada SDN Leuwalang Omesuri Lembata NTT,Penulis, Jurnalis MatalineNews,Penulis Buku Puisi Antologi “ Goresan Syair Dari Negeri Ikan Paus”, Penulis Buku  kolaborasi “Kerinduan Untuk Mu Ibu” dan Penulis Buku Kolaborasi “Guru Yang Di Rindukan”.