Notification

×

Guru Bukanlah Lawan Tinju

Jumat, 15 Maret 2024 | Maret 15, 2024 WIB

sudarjo_abd_hamid
Foto: Sudarjo Abd. Hamid (istimewah)

Lembata -
Guru adalah orang yang mengajar di sekolah. Orang yang bertindak seperti guru seandainya dia berada di suatu lembaga kursus atau pelatihan tidak disebut guru, tetapa dimaknai dengan tutor atau pelatih. Padahal mereka itu tetap saja  bertindak seperti guru, mengajarkan hal-hal baru pada peserta didik.


Terlepas dari penciutan makna, peran guru dari dulu hingga saat ini tetap sangat diperlukan. Dialah yang membantu manusia untuk menemukan siapa dirinya, kemana manusia akan pergi dan apa yang harus di manusia lakukan didunia. 


Manusia adalah makhluk lemah, yang dalam perkembangannya memerlukan bantuan orang lain, sejak lahir sampai meninggal. 


Orang tua mendaftarakan anaknya ke sekolah dengan harapan guru dapat mendidiknya menjadi manusia yang dapat berkembang optimal. Minat, bakat, kemampuan, dan portensi-potensi yang dimiliki peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. 


Dalam hal ini guru perlu memperhatikan siswa atau peserta didik secara individu, karena diantara satu peserta dengan peserta lainnya memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Mungkin kita masih ingat ketika masih duduk  di kelas I SD, gurulah yang pertama  kali membantu memegang pensil untuk menulis, guru memegang satu persatu tangan siswa dan membantu menulis secara benar, guru pula yang memberi dorongan agar peserta didik berani berbuat benar, dan membiasakan mereka untuk  bertanggungjawab terhadap setiap perbuatannya. Guru juga bertindak seperti pembantu ketika ada peserta didik yang buang air kecil, atau muntah di kelas, bahkan ketika ada yang baung air besar di celana. Guru-lah yamh menggendong peserta didik ketika jatuh atau berkelahi dengan temannya, menjadi perawat sesaat, memuntun kesabaran, kreatif dan professional. 


Memahami uraian diatas, betapa besar jasa guru dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan para peserta didik. Guru memiliki peran yang cukup penting dalam melaksanakan pembelajaran dikelas. Keadaan tersebut kedudukan  guru tidak dapat digantikan  dengan media apapun, sehingga keberadaannya  sebagai ujung tombak pembelajaran harus tetap ada. 


Beberapa waktu lalu, terjadi sebuah peristiwa yang mencoreng harkat serta martabat para guru di Lembata. Setiap media baik online maupun media cetak berjubel mewartakan peristiwa naas tersebut dengan berbagai judul berita. Salah satu media suluhnusa.com yang mengangkat peristiwa itu dengan berita Guru Dolu Dikeroyok Satu Keluarga, Dianiya Dari Dalam Kelas Sampai Halaman Sekolah. Kejadian tersebut terjadi pada tanggal 19 Februari 2024 yang lalu. Hal ini mendapat tanggapan bebagai pihak, baik secara individu maupun secara organisasi yang menaungi para guru sejagat raya.


Guru adalah figur yang mendidik dan mencerdaskan bangsa, namun pada sisi lain guru juga adalah manusia yang memiliki keterbatasan baik secara individu maupun sosial. Sehingga kebutuhan saling mengingatkan dan saling memahami diantara sesama harus ditingkatkan. 


Keseringan bertemu, saling menyapa antar guru dan orantua, serta silaturahmi bersama akan menghasilkan ikatan yang sulit menghasilkan gesekan- gesekan seperti telah dialami oleh beberapa oknum guru dan orangtua. Hal ini kadang menjadi pemicu ledakan bila tidak ada saling memahami diantara sesama. 


Setiap lembaga pendidikan tentunya memiliki segudang tata tertib sekolah, pastinya menjadi 

rujukan dalam setiap perkara sekecil apapun. Sehingga setiap persoalan, langkah pertama yang diambil adalah, saling komonikasi diantara sesama. Bagitupun peran para guru, para Kaur terutama  kesiswaan , serta pimpinan harus benar benar mengambil peran untuk menyelesaikan persoalan, terutama mendeteksi bakal persoalan akan terjadi, dianalisa kemudian mengambil keputusan.


Guru Lembata hari ini mejadi bahan perbincangan hangat di dunia maya. Karena salah satu guru di pukul dan dianiaya oleh beberapa orang di dalam ruang kelas hingga dihalaman sekolah, menjadi hal yang cukup memilikukan dan sangat mencederai profesi mulia para pendidik bangsa saat ini. Hal tersebut mesti mendapat dukungan moril dari semua kalangan bahkan pemerintah serta pihak penegak hukum agar segera mengambil langkah atau upaya dalam menanggapi hal ini.


Guru bukan lah lawan tinju yang sewaktu waktu diserang dengan berbagai tindakan. Sekolah pula bukan menjadi arena adu jotos, bahkan kelas pun bukan lah ring tinju, untuk memperagakan kejagoan dalam bertanding. Namun guru adalah manusia  yang mencerdaskan kehidupan bangsa, sekolah adalah tempat interaksi kebaikan antara guru dan siswa, serta kelas adalah area pembelajaran yang seharusnya menjadi tempat yang ternyaman dan tersejuk setiap hari dalam menuntut ilmu, baik siswa maupun para guru, dalam satu atap kehidupan.


Kadang guru di lihat sebelah mata, hinaan serta cemooh kadang hampir setiap saat hinggap di raga para pendidik. Apalagi guru hari ini harus secara terbuka menerima segala peraturan terkait bentuk pelanggaran yang dilakukan siswa disekolah. Hal yang biasa di nasihatin dengan mulut, tanpa harus memperlakukan tindakan yang bisa berakibat seorang guru di laporkan, bahkan bisa pindah tempat dibalik jeruji besi. Kadang tidak melihat sisi kebaikan selama proses mendidik generasi bangsa, guru kadang ibarat seperti setitik nila, merusak susu sebelanga.


Pergeseran nilai ini di rasakan betul oleh para guru. Guru hari ini tidak dianggap menyandang profesi mulia. Guru hanya sebatas dihargai sewaktu pembelajaran, selebihnya tidak menjadi sebuah norma untuk dijadikan pegangan oleh para peserta didik.


Bayangkan, ketika bertemu guru saat ini, para siswa atau peserta didik tidak memiliki rasa hormat sama sekali, kadang di sapa yang cukup keren saat berpas pasan dengan lantunan nada siswa “hai Broooo” seolah guru adalah teman sebaya saat bermain kelereng di pinggir rumah. Guru memang saat ini seperti sahabat tanpa di hargai sama sekali.


Cukup ironis kehidupan guru di jaman ini. Guru dahulu sangat disegani dan cukup dihormati. Bahkan rumah guru bocor, ramai ramai wali siswa serta siswa bergotong royong memperbaiki atap rumah guru yang bocor. Musim barat tiba, para siswa saling bahu membahu menuju kebun guru, dengan sukarela membersihkan hingga memanen hasil kebun para guru. Begitu pula para guru yang sakit jaman dahulu, para siswa dan orang tua hadir membesuk kemudian turut berdoa untuk kesembuhan sang guru. Namun hari ini semuanya bergeser oleh perkembangan jaman, karena guru di anggap hanya desainer, pemotivator didalam kelas, selebihnya guru sebagai pendidik mungkin hari ini sudah tidak berlaku lagi, sehingga banyak ditemukan guru menjadi lawan tinju setiap tempat.


Guru bukanlah lawan tinju, tapi guru adalah mitra antara siswa orangtua serta masyarakat sekitarnya. Guru adalah tempat bersandar untuk menemukan jalan, sang guru adalah pemberi solusi dan sangat di perlukan diberbagai tempat. Karena tugasnya bukan hanya mengajar siswa disekolah, namun lebih pada kehidupan sosial, seorang guru sangat dibutuhkan berbagai pikiran serta ide brilliant para guru.


Penulis : Sudarjo Abd. Hamid, S.PdI Tinggal di Lembata, Guru pada SDN Leuwalang Kecamatan Omesuri Kabupaten Lembata. Jurnalis MatalineNews.