Notification

×

Mengasah Pembelajaran Berbasis Digital di Daerah 3T, SD-SMP Satu Atap 92 Bean Kembali Melaksanakan Ujian Semester Ganjil Berbasis CBT

Senin, 12 Desember 2022 | Desember 12, 2022 WIB

smp_satu_atap_92_bean
    

LEMBATA - Daerah terdepan, terpencil, dan tertinggal atau yang sering kita kenal dengan sebutan daerah 3T adalah daerah yang letaknya paling terluar pada wilayah Indonesia. Daerah 3T memiliki karakteristik yang pada dasarnya tidak akan terlepas dari yang namanya ketertinggalan. Hal ini disebabkan oleh berbagai kondisi dengan perkembangan yang tidak merata dan juga ketidakefektifan proses dari sistem desentralisasi.


Perkembangan wilayah penduduk pada umumnya dipusatkan dan cenderung disalurkan pada daerah-daerah kapital seperti perkotaan, daerah kabupaten berkembang, atau daerah industri. Hal demikian yang justru membuat pembangunan menjadi semakin terhambat, terutama pada aspek edukasi nasional.


Daerah 3T adalah daerah yang berbagai sektor kehidupannya dinilai masih memerlukan bantuan terutama pada sektor pendidikan. Sependapat dengan Cynthia (2009) yang mana permasalahan paling krusial adalah keadaan pendidikan yang belum sepenuhnya menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Terlebih lagi dengan masyarakat yang tinggal di pedesaan, wilayah terpencil yang secara geografis sulit dijangkau seperti salah satunya daerah 3T.


Daerah 3T yang secara geografis memiliki kesulitan untuk dijangkau mengakibatkan ketidaksetaraan penerima layanan pendidikan pada usia sekolah nasional. Sehingga terlihat jelas adanya perbedaan fasilitas yang sangat kontras antara sekolah di daerah tertinggal dengan sekolah di perkotaan yang menjadi penghambat semangat dan terlaksananya pendidikan yang lebih baik di daerah tertinggal.


Tidak hanya semacam sikap yang kurang adil bagi sekolah yang terletak di daerah 3T. Proses terlaksananya pendidikan yang kurang baik juga di akibat kan oleh masyarakat itu sendiri, karena adanya rasa sungkan masyarakat daerah 3T untuk memanfaatkan fasilitas edukasi yang tersedia sehingga menjadi akar dari aksesibilitas yang buruk dan kesulitan pemenuhan kebutuhan fundamental masyarakat daerah 3T itu sendiri.


Realitanya pendidikan bagi masyarakat daerah tertinggal memang masih dipandang sebelah mata. Karena ada semacam kegagalan berpikir yang tertanam di benak masyarakat tersebut bahwa “pendidikan setinggi apapun juga tak ada gunanya toh jika mereka ingin bertahan hidup tetap harus menguli.” Cacat pola pikir yang ditanamkan kepada kebanyakan anak-anak di daerah tertinggal memang merupakan satuan yang cukup sulit untuk dirubah. Karena, sebagian dihadapkan dengan kebisaan yang sudah menjadi adat-istiadat bagi mereka.


Menurut penulis situasi yang demikian inilah tentu menjadi sebuah tantangan bagi kalangan pendidik terkhusus yang ada di SD SMP Satu Atap 92 Bean yang nota benenya juga merupakan sekolah diwilayah 3T. Hal ini sangat membutuhkan peran dan kerja sama yang serius dalam merubah segala bentuk persoalan yang muncul.


Dinamika Pendidikan di SD_SMP Satu Atap 92 Bean 


Sebagai sekolah yang ada di daerah 3T SD_SMP Satu Atap 92 Bean tentu begitu banyak memiliki kekurangan baik dari aspek pendidik dan kependidikan tentu sarana-prasarana seperti perpustakaan sekolah, laboratorium computer, laboratorium IPA, yang hingga saat ini belum ada, sarana teknologi penunjang pembelajaran yang juga masih terbatas. Namu demikian kondisi ini bukan menjadi penghalang bagi SD_SMP Satu Atap 92 Bean untuk bagai mana terus berkembang dan mengasah pembelajaran berbasis teknologi meskipun dengan peralatan yang seadanya. 


Di bawah kepemimpinan Falentinus Stefanus, S. Pd.,Gr Sekolah SD_SMP Satu Atap 92 Bean mencoba mendesain pelaksanaan pembelajaran berbasis digitalisasi mulai dari pelaksanaan pembelajaran di kelas berbasis digital, pelaksanaan PH, PTS dan PAS berbasisi CBT, pemanfaatan akun belajar PTK dan PD dalam proses pembelajaran, juga pelaksanaan ANBK 2021/2022 dan 2022/2023 yang berstatus mandiri dan ditumpangi.


Upaya mewujudkan digitalisasi Pendidikan di SD_SMP Satu Atap 92 Bean ini dumulai secara berlahan dari tahun 2019 sejak munculnya bantuan afirmasi berupa peralatan TIK. Gebrakan yang luar bias aini tentu menjadi hal positif yang terus dikembangkan dalam mewujudkan generasi yang peka terhadap teknologi terutama Lembaga endidikan yang berada di wilayah 3T. 


Seraya berterimakasih kepada pemerintah kabupaten kota dalam hal ini dinas Pendidikan Kabupaten Lembata dan Kemdikbud Ristek yang sudah memberikan rasa perhatian sebagai upaya dalam mewujudkan pemerataan Pendidikan di Indonesia, tentu  SD_SMP Satu Atap 92 Bean juga berharap agar upaya pengembangan sarana pendidikan juga terus dikembangkan dalam membantu mewujudkan misi Pendidikan nasional

Penulis: Mas’udin Muh. Jinan (Guru IPS SMP Satu Atap 92 Bean)