Notification

×

Pergub NTT No. 39 Tahun 2022 Buat Hidup Kami Semakin Susah

Minggu, 04 Desember 2022 | Desember 04, 2022 WIB

rumput_laut_pulau_lapang
Petani Rumput Laut Pulau Lapang, Kabupaten Alor NTT | Dok. Istimewah
KALABAHI - Masyarakat petani rumput laut merasa rugi setelah ditetapkan Peraturan Gubernur (Pergub) Nusa Tenggara Timur (NTT) Nomor 39 Tahun 2022 tentang Tata Niaga Komoditas Perikanan pada tanggal 14 Januari 2022 lalu.


Perbandingan harga sebelum keluarnya Pergub NTT dengan hasil yang diperoleh mengalami perbedaan yang sangat jauh," jelas salah satu petani rumput laut Syahlul Sama saat di diwawancari pada Kamis (01/12/22) kemarin.


Syahlul menjelaskan bahwa, selama ini para penimbang sebelum mengambil hasil, mereka (penimbang) sudah memberikan bantuan terhadap petani rumput laut, khsusnya petani rumput laut yang berada di Pulau Lapang Pantar Barat Kabupaten Alor.


Bantuan yang dimaksud seperti, jaring, tali, tarpal, uang bibit bahkan  segala kebutuhan apa saja dilayani oleh para penimbang.


"Kami pentani di Pulau Lapang ini, sebelum mereka mengambil hasil kami, mereka sudah tanam jasa, mereka kasi jaring, kasi tali, kasi tarpal, uang bibit bahkan kita punya kebutuhan apa saja mereka layani,"Ujar Syahlul


Syahlul juga menilai, hidup petani rumput laut semakin sempit setelah keluar Pergub No. 39 Tahun 2022.


Ia juga menambahkan bahwa, pengeluaran anggaran bibit dan  bahan bakar, kemudian dengan Pergub yang menatapkan harga yang sangat dibawah standar tidak seperti biasanya,  membuat petani rumput laut semakin susah, bahkan hasil dari rumput laut tidak mencukupi kebutuhan sehari- hari.


"Untuk kebutuhan makan minum saja susah apalagi untuk kebutuhan anak sekolah,"pungkasnya


Selain itu Abdullah Tupong juga menyampaikan bahwa, harga maksimal rumput laut tahun sebelumnya Rp. 30.000 sehingga ia menyarankan agar bisa menggunakan harga yang sebelumnya. Karena  hasil dari rumput laut selain untuk kebutuhan perawatan, bahan bakar, makan dan minum kami juga bisa membantu anak kami yang saat ini masih sekolah.


Ia juga menilai selama ini tidak ada harga tetap untuk rumput laut, sementara kebutuhan anak kulia yang begitu besar.


Salah satu orang tua Abu Minta juga menuturkan bahwa, yang terpenting dari usaha rumput laut ini adalah untuk anak sekolah.


"Dulu kami bisa ambil uang terlebih dahulu kepada para penimbang jika kebutuhan mendadak, tapi sekarang semuanya jadi sulit," Pungkasnya. (**)