Notification

×

Air Mata Perpisahan untuk Ustadz Hakim Nurul Iman. Simak Kisahnya

Selasa, 24 Januari 2023 | Januari 24, 2023 WIB

Ustadz Hakim Nurul Iman, S. Ag Mengenakan Pakaian Adat Alor (Dok.Istimewah)

MATALINENEWS.COM, KALABAHI
--  Hakim Nurul Iman, S. Ag, berusia 24 tahun yang berstatus lajang, mubaligh muda dan energik berasal dari organisasi masa (Ormas), Persatuan Islam (Persis). Ia menamatkan study Sarjananya pada Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadits pada sebuah Institut Swasta di Jawa Barat.


Hakim, nama Akrab, begitu hangat dibicarakan, malah di beranda sosial media tidak sedikit tanya, figur siapa yang ditangisi saat perpisahan tersebut. Begitu menjadi trending oleh media Matalinenews dalam rilisan berita pada jumat, 20 Januari 2023 tentang Isak Tangis Mubaligh Muda  Saat Perpisahan di Pulau Kangge. 


Sosok yang sangat adaptif, periang dan senang dengan tantangan tersebut, memiliki kharismatik yang telah menyatu dalam dagingnya, dengan motto hidup yang sederhana "dimana bumi di pijak, disitu pula langit harus dijunjung". 


Dengan motto ini, membuat Ustad Hakim senantiasa diterima dengan lapang oleh komunitas apa saja, dan di planet mana pun, tanpa sekat oleh ruang serta waktu. 


Dalam penelusuran oleh awak media terkait figur yang sangat dirindukan tersebut, akhirnya dapat berkomonikasi langsung melalui wawancara dan chating whatsapp, Senin (23/1/23) tadi.


Awal mulai  Ustadz Hakim  hadir di Pulau Kangge, sejak 26 Desember 2021 yang lalu. Terkejut olehnya ketika tapak mungilnya didaratkan di tanah Kangge. Kondisi alam yang sedikit gersang, panas membakar kulit, kebutuhan air yang belum cukup, penerangan serta jaringan yang belum maksimal didapati waktu itu. Hal ini cukup memaksa dan menantang otak dan pribadinya untuk bagaimna membuat dirinya betah untuk menjalankan misi dakwah di daerah pelosok tersebut.


Keadaan alam Kangge bukanlah menjadi barometer untuk mengukur tingkat sosial dan kekerabatan disana. Fungsi interaksi sosial serta gotong royong cukup nampak dari aktifitas sosial hari hari. Masyarakat begitu ramah, saling menghormati, menghargai dan tidak membedakan antar sesama. Hal inilah menjadi juru kunci Ustadz berwajah Korea ini betah menjalani program dakwahnya sampai tuntas. 


Terlalu padat kegiatan sosial dalam pembinaan Ummat olehnya, baik santunan anak yatim, paket sembako untuk kaum fakir dan dhuafa, khitanan massal, serta kurban bersama disaat hari raya Idul Adha yang melibatkan ummat pulau Kengge dan Marica.


Selain aktif sebagai tanaga pengajar pada Madrasah Aliyah Swasta Nurul Falah  dan Madrasah Tsanawiyah Swasta Babul Rahmat Kangge, ia juga mengadakan Taman Pendidikan Quran (TPQ) pada Masjid Ruhul Jadid Kangge, dan melakukan bimbingan baca Iqro bagi ibu- ibu majlis taklim di tempat tinggalnya Ustad Hakim. 


Safari dakwah dilakukan olehnya bukan hanya di Masjid dan sekolah, namun setiap rumah/ tempat tinggal pun beliau datangi untuk mendonor ilmu Agama. Bahkan safarinya lintas kabupaten diantaranya di pulau Adonara Kabupaten Flores Timur, dan masjid Rahma Leuwehe Desa Hingalamamengi dan masjid Taman Surga Desa Meluwiting pun ia datangi beberapa waktu lalu dalam ekspansi dakwah kepulauan di Provinsi Nusa Tenggara Timur. 


Adapun keberhasilan yang ditorehkan olehnya selama berdakwah di Pulau Kangge adalah, mencetak wisudawan Tahfidz Quran 3 Juz sebanyak satu orang, 2 Juz sebanyak dua belas orang, dan 1 Juz dua orang.


Mengadakan Badan Kontak Majlis Taklim (BKTM) masjid Kangge, serta banyak umat antusias mengikuti kajian Ke- Islaman, sholat lima waktu  dan full sholat jumat. 


Kehadiran beliau memang pada dasarnya hanya khusus pulau Kangge, dan umumnya Kecamatan Pantar Barat Laut yang meliputi Beangonong dan Marica. Aktifitas dakwah kesehariannya pun meluber hingga kesana, sehingga saat perpisahan antusias masyarakat kedua tempat tersebut hadir melepas pulangkan ustadz Hakim ke kampung halamannya. 


Orang Kangge dan sekitarnya cukup ramah, dan menjadikan ustadz Hakim sebagai keluarga mereka walaupun tidak ada ikatan nasab. Masyarakat dan ummat cukup antusias dengan berbagai kegiatan kegiatan yang diselenggarakan olehnya. 


Awak media melakukan komonikasi langsung terkait masyarakat Kangge begitu merasa kehilangan dan sangat berat melepas pergikan Mubaligh muda dari Garut Jawa Barat Senin (23/01/2023)


Dalam kisahnya ia meriwayatkan bahwa awal mula saya hadir di pulau Kangge ini, yang pertama kali saya survei dan observasi adalah kehidupan anak- anak dalam proses komunikasi. Yang saya dapatkan adalah media komonikasi yang digunakan adalah bahasa daerah Kangge. 


"Saya niat dan paksakan diri untuk belajar kosa kata yang digunakan hari hari. Alhamdulillah dalam waktu kurang lebih dua bulan, saya aktif fase berbahasa Kangge. Sehingga segala aktifitas, metodologi dakwah saya cenderung berbahasa setempat dengan kearifan lokal. Hal ini yang membuat saya itu dekat dengan ummat di Kangge."Tutur Hakim. 


Karna penggunaan bahasa daerah (Kangge) dalam berdakwah membuat kecintaan ummat terhadap saya dan agama semakin tinggi, sampai sampai orang memanggil saya Ustadz Laba karena tinggal dirumah bersama bapak Mansur Laba. 


"Uniknya lagi  sisipan marga Laba dalam nama saya tersebut direstui oleh Kepala Suku Atalodjor (Laba), hingga di undang kerumah adat mereka, untuk mendapat restu marga menjadi Hakim Nurul Iman Laba, S. Ag."Ujar Hakim. 


Ia juga menjelaskan bahwa dirinya cukup berbaur semua kalangan, ia tidak membeda bedakan. Karena pendekatannya dengan masyarakat melalui pendekatan persuasif, membuat tumbuh rasa saling memiliki satu sama lain, bahkan bisa dikatakan dekatnya saya seperti ibu dan anak dan itu merata semua warga. Inilah yang membuat ketika saya pamitan pulang masyarakat tidak rela harus berpisah dengan saya, begitu hal yang sama yang saya rasakan tutup Hakim. 


Kefasehan berbahasa Kangge oleh beliau cukup akurat, karena di setiap beranda status yang dimiliki nya, oleh akun Kim (Hakim Nurul Iman) padaa 4 hari yang lalu, ustad Hakim Nurul Iman, dalam balasan status di Facebook menggunakan penggalan bahasa Kangge dalam kutipan oleh awak media 

"Mo Klahak go taning la aba, terima kasih labing- labing, atas kasih sayang dan kebaikan kalian semua kepada saya. Saya akan ceritakan dengan bangga kepada orang Jawa bahwa Pantar Barat Laut Alor  NTT adalah istimewa  dari yang teristimewa. Go izin pamit kwalik Jawa." ungkapnya


 (Sudarjo/Red)