Notification

×

Modal Pengalaman, Donatus Diwa Meracik Pupuk Organik Manual

Selasa, 10 Januari 2023 | Januari 10, 2023 WIB

donatus_diwa
Foto: Donatus Diwa Meracik Pupuk Organik Manual Bersama Warga (Dok. Istimewah)

NAGEKEO MN
 -- Pupuk pabrik hari ini terlampau mahal oleh masyarakat kecil. Apabila di musim hujan seperti ini, tentunya seorang petani sangat membutuhkan yang namanya pupuk, namun kadang pupuk tidak sesuai kuota/kadang banyak petani tidak kebagian dalam Pendistribusian dikarenakan pupuk bersubsidi


Pupuk bersubsidi tersebut pun hanya diperuntukan kepada para petani yang telah sah memiliki kelompok.


Tepatnya di Desa Wolowea Kecamatan Boawae Kabupaten Nagekeo Donatus Diwa telah merintis usaha tani meracik pupuk organik manual.


Walau bukan seorang Sarjana Pertanian namun Donatus mampu membantu para petani disekitar tempat tinggalnya, untuk saling membagi dalam pembuatan pupuk organik.


Melalui pengalaman kerjanya melalui kerjasama Teko Indonesia Lembaga Donor yang bekerja sama dengan Yayasan Mitra Tani Mandiri, disaat itulah ia mulai mencuri ilmu dan menimbah pengalaman tanpa mengecapi pendidikan formal. Namun melaui pengalaman itu ia mampu dipanggil untuk kerjasama dan meracik pupuk organik hingga ke Pulau Wetar Maluku Barat Daya. 


Selain Desa tempat tinggal Donatus adalah gudang pembuatan pupuk organik, namun Ia sering mendampingi dan mengunjungi para kelompok di Mbay termasuk Desa Kotake Kecamatan Nangaroro Kabupaten Nagekeo.


Hasil wawancara bersama awak media Selasa (10/01), Donatus Diwa menguraikan secara saksama dari bahan dan cara membuat pupuk organik.


Bahan bahan yang dibutuhkan, jelas Donatus,  Buah pepaya masak, air kelapa muda, gula merah, induk mol (Mikro Organisme Lokal) dan moke manis/ tuak manis.


"Cara pembuatannya, buah pepaya dihaluskan kemudian dicampur dengan air kelapa muda dan moke manis, lalu diikuti oleh gula merah yang telah dicairkan."sambungnya


Empat bahan tersebut, menurut Donatus, diaduk rata kemudian terakhir dicampur dengan induk mol yakni (SO) yang ditangkap dari mikrobanya dari rumpun bambu kemudian di fermentasi, (dimasukan dalam gentong/ media yang tertutup rapat dan kedap udara).


 "Jika saya praktek biasa saya tutup dengan plastik bening dan saya ikat dengan ban binen agar kuat. Tujuannya adalah tidak ada udara yang keluar maupun masuk pada wadah tersebut agar fermentasi sempurna."jelasnya


Biasanya, lanjut Donatus, fermentasi dalam jangka waktu satu hari biasanya mengeluarkan gas,  cirinya penutup plastik tersebut akan terlihat kembung atau membengkak, demi efektivitas waktu maka diatas permukaan plastik bening tersebut saya tambahkan dengan air sebagai pendingin sehingga gas muncul dari dalam bahan tersebut. Sehingga diatas bahan plastik itu tentunya berubah menjadi warna putih.


"Apabila nampak warna tersebut maka siap untuk dipakai, sehingga menurutnya waktu yang diperlukan untuk kematangan pupuk organik tersebut berkisar waktu antara 10 hingga 14 hari." kata Donatus. 


Pemesanan pun berkisar Desa tersebut, dari beberapa kelompok tani yang menggunakan bahan organik pupuk bokasi, perangsang buah, tumbuh bunga dan buah, dan hasil fermentasi pakan ternak. 


Donatus Diwa mengharapkan semua pihak untuk mendukung aktivitas tersebut agar usahanya bisa berkembang. Terutama pihak ke tiga bisa bekerjasama untuk meningkatkan produktivitas hasil dari menanam yang benar, dan pemberian pupuk yang sesuai kapasitas.


"Pemerintah Daerah juga bisa melihat agar anggaran- anggaran pertanian bisa dimanfaatkan untuk kegiatan ini." tutup Donatus. (Sudarjo)