Notification

×

Sudarjo Abd Hamid: Leuwayan Desa Moderasi Beragama

Sabtu, 15 Juli 2023 | Juli 15, 2023 WIB

Penulis: Sudarjo Abd. Hamid
(Guru, jurnalis Matalinenews, penulis buku Goresan Syair dari Negri Ikan Paus, penulis buku kerinduan untuk mu ibu, penulis buku Guru yang di Rindukan)

MATALINENEWS, KUPANG-  Kemntrian Agama menawarkan solusi jalan tengah yang di sebut moderasi beragama. Moderasi beragama ini sebagai benteng menangkal arus paham sekulerisme dan konserfatisme dewasa ini, yang meracuni mindset generasi kita, namun banyak kalangan yang keliru memaknai bahwa moderasi beragama atau beragama jalan tengah berarti beragama setengah setengah, beragama tidak kaffah alias tidak sempurna. Menindaklanjuti Surat Keputusan (SK) Kelompok Kerja (Pokja) kampung moderasi beragama Kecamatan Omesuri yang di terbitkan oleh Kepala Kemenag Kabupaten Lembata, Nomor 159 Tahun 2023. Ketua Pokja Kampung Moderasi Beragama Kecamatan Omesuri Jufri Hamid Enga, S. Hi langsung membangun koordinasi dengan Camat Omesuri Ade Hasan Yusup, S.P, kemudian terpilih Desa Leuwayan menjadi kampung moderasi beragama Kecamatan Omesuri. ( Kutip laman YouTube httpps//youtu:be/XJACFTuU26k). Yang telah di tonton 38 x pada 10 jam yang lalu dengan 333 subscribe.

Patut di syukuri akan pergerakan yang konstruktif oleh Kementrian Agama  ini, sebuah ikhtiar menekan segala bentuk ketimpangan serta konflik yang berbau SARA dewasa ini, demi terwujudnya harmonisasi kehidupan yang saling merawat kebhinekaan, melestarikan perbedaan, agar senantiasa kehidupan yang di gapai adalah saling menghargai, gotong royong dan kerjasama yang melibatkan seluruh unsur kehidupan.

Leuwayan adalah salah satu Desa dari duapuluan Desa yang menyebar di Kecamatan Omesuri, terletak di jalan pantai utara dibawah kaki gunung Uyelewun. Desa ini memiliki kultur kehidupan sosial yang cukup harmoni, karena selain hubungan kekerabatan yang sangat kental, dan juga oleh silsilah satu nenek moyang yang mendiami tempat tersebut. Segala ambisius dan egoisme hampir tak terlihat disana, konflik konflik sosial nyaris tak terjadi di tempat itu, lantaran hubungan kawin mawin, pertautan darah serta persehatian berdesa yang cukup erat. Hal ini menjadi salah satu dasar pijak di nobatkan menjadi kampung moderasi beragama.

Orang Leuwayan menyebar di seluruh Desa di Kedang bahkan luar provinsi NTT, namun ada hajatan atau reunian pastinya mereka berbondong bondong pulang kampung, untuk mengambil bagian dari hajatan itu. Perayaan apapun baik upacara perkawinan dan belis ( Bele Binen Pae Nare), acara Pemerintahan ( Toang Kopaq Banger Raya), saling membantu dalam biaya sekolah / wisuda ( A Ihin Dokeq Lurin), Khitanan maupun sambut baru ( Kuriq Paras Engar Hepoq) maupun upaya pemulihan kesehatan antar kerabat ( Tuo Moleng Balo Laen), selalu dilaksanakan penuh kebersamaan. Keterlibatan para Orang Muda Katholik ( OMK) maupun Remaja Masjid ( Remas), saling bahu membahu terlihat setiap ada kegiatan. Keterlibatan tersebut sangat alamiah tanpa harus menunggu perintah atau paksaan oleh orang lain. Hal ini terus bersinambung tanpa ada perbedaan di antara sesama.

Dua buah rumah ibadah baik Gereja Santo Petrus maupun Masjid Namira Desa Leuwayan kokoh berdiri terpisah lorong Desa. Dua buah lembaga pendidikan SDK dan SMPS Santo Piter Lolondolor tak berjauhan letak, menambah elok toleransi tinggi para tamu yang mampir di tempat itu. Wayan Lama Hoteng Buraq Lama Lewaq adalah sebutan yang cukup melegenda hingga hari ini, sebuah nama terdahulu yang kini di sebut Desa Leuwayan. Perbedaan tersebut tidak menyulut api api konflik, malah menjadi magnet perekat di antara sesama. Desa ini pula menjadi icon budaya karena musik tatong ( musik asli orang Kedang) mayoritas di mainkan dan di buat oleh kebanyakan orang Leuwayan. Bahkan musik klasik tersebut pernah menjadi tontonan pertunjukan di kancah Nasional bahkan dunia.

Kolaborasi kegiatan yang melibatkan banyak unsur di desa tersebut, menjadi cerminan yang mumpuni untuk yang lain. Perayaan keagamaan beberapa waktu lalu yang di selenggarakan oleh civitas MIN I Lembata, seluruh stekholder desa di libatkan utuh tanpa kecuali. Seluruh perlengkapan disiapkan, bahkan teras gereja menjadi panggung utama kegiatan. Begitupun perayaan menyongsong hari raya iduladha yang oleh Panitia Hari Besar Islam ( PHBI) Kecamatan Omesuri memutuskan masjid Namira Leuwayan menjadi tuan rumah, seluruh masyarakat dan ummat katholik terlibat langsung menjadi panitia, begitu pula halaman gereja menjadi tempat perlombaan hingga menjadi tempat sholat yang meluber hingga ke teras gereja.

Sebuah matan alam yang harus di rawat yang menjadi testimoni semesta untuk Desa Leuwayan . Karena hari ini untuk membangun dan menyatukan kelompok pemuda antar gang saja sulit, apalagi menyatukan persepsi satu kampung. Sehingga hari ini Leuwayan menjadi sebuah desa yang menjadi target riset kedamian dan keharmonisan sepanjang masa. Mari kita memulai setiap kampung yang lain, menjadikan Leuwayan adalah desa pemersatu dan toleransi, dan menjadikan laboratorium penyatuhan keberagaman, untuk contoh yang baik kita tularkan di masing masing kampung. Leuwayan menjadi kampung moderasi beragama, karena telah berupaya menjaga stabilitas sosial turun temurun, melalui napak tilas sejarah, menjaga hubungan baik antar klien, dan merawat nilai nilai warisan leluhur yang telah tertanam ratusan tahun yang silam.

 

Penulis: Sudarjo Abd. Hamid
(Guru, jurnalis Matalinenews, penulis buku Goresan Syair dari Negri Ikan Paus, penulis buku kerinduan untuk mu ibu, penulis buku Guru yang di Rindukan)