Notification

×

Festifal Uyelewun Sebuah Nilai Estetik Komonitas Kedang

Jumat, 18 Agustus 2023 | Agustus 18, 2023 WIB
sudarjo_abd_hamid
Penulis: Sudarjo Abd. Hamid, Guru, jurnalis matalinenews, penulis buku (Goresan Syair dari Negeri Ikan Paus, Guru yang di Rindukan, dan Kerinduan untuk Mu Ibu)

MATALINENEWS, LEMBATA -
Langkah maju sebuah gerakan yang patut menjadi kebanggaan tersendiri untuk masyarakat Uyelewun, karena inisiatif Pemerintah Daerah Lembata yang bergayung sambut oleh jutaan populasi Lembata dalam pagelaran festifal Uyelewun bertajuk promosi potensi wisata dan ekonomi kreatif, melalui kegiatan rally wisata bahari empat teluk gelora bahari edang lestari 1000 tatong satu Lembata. 

Kegiatan begitu meriah memantik sejagat seantero Uyelewun bahkan Lembata dan dunia, untuk berduyun duyun menyaksikan langsung dengan mata telanjang baik sajian makanan lokal, produk busana non pabrik serta eksebisi tarian lokal dengan berbagai atraksi, begitupun sajian panorama alam karya Tuhan berupa gunung Uyelewun dengan onggokan bukit Pu'a Koyong, lapangan raya teluk baja, hamparan laut dan pasir putih yang membentang, pojok cinta Balauring sekaligus melihat lebih dekat tampilan kolosan alat musik tradisional Kedang berupa 1000 tatong. 

Para pengunjung tentunya di suguhi kuliner khas lokal untuk manjakan lidah, berupa jagung titi ( hengan ) dalam kemasan yang kriuk saat himpitan graham, olahan jambu mete dan kacang tanah, serta kue rambut (jawada). Tak luput terlihat kain tenun ( wela/ nowin) yang di sulam manual oleh tangan trampil, serta tatong yang terbuat dari bambu petung, yang mampu menghasilkan suara mirip gong gendang yang di tabuh untuk menari dan menghibur sejagat pengunjung 

Alat musik yang satu ini hadir jauh sebelum alat musik lainnya di Uyelewun, di perkirakan sekitar tahun 300 sebelum masehi menurut Emanuel Apenobe. 

Kedigdayaan dan kemashurannya nyaris terlupa oleh setiap pergantian generasi. Padahal alat musik ini lahir sebagai bentuk pengibur dikala lelah dan capek usai bercocok tanam para pendahulu. Nyaris hilang nya tatong ini di sebabkan oleh merebaknya gong gendang di tempat ini, dan tidak ada kemauan para generasi untuk melakukan sosialisasi dan pendalaman terhadap tatong itu sendiri. Padahal alunan serta iramanya mampu di hasilkan lebih indah gong gendang yang bukan alat musik asli orang Kedang. 

Secara ekonomi tatong ini tidak banyak mengeluarkan biaya untuk di dapatkannya, karena sangat banyak rumpun bambu sejenis petung (perung) tumbuh tak kalah mekar di Kedang khusus nya wilayah pedalaman. Sementara harga 1 set gong hendanv saat ini melambung hingga 20an juta untuk memiliki nya. Sehingga musik tatong adalah alternatif menghindari melangitnya alat musik lain yang tidak mampu terjangkau secara finansial. Apalagi musik tatong sangat bersahabat dan ramah lingkungan. 

Selain nilai estetik di punyainya, musik ini pula tidak membutuhkan banyak orang untuk memainkannya, cukup satu orang musik tatong bisa di mainkan kapan dan di mana pun. Kelebihan pun ada pada musik tradisional tersebut karena satu unit musik terdapat beberapa nada di dalamnya. Kelincahan dan keluwesan tangan seseorang dalam memegang stik sangat di butuhkan kecekatan, penuh konsentrasi dalam memainkannya. 

Sebuah langkah awal yang baik oleh PEMDA Lembata serta masyarakat Uyelewun dan juga pemerintah kecamatan Omesuri serta seluruh masyarakat Kedang, dalam merespon dari gagasan festifal ini, agar kelak generasi selanjutnya mampu melestarikan budaya (musik) tradisional ini secara turun temurun, walaupun banyak musik musik tandingan yang tidak kalah kuat di pasaran. 

Kesimpulan bahwa musik tatong mudah di dapatkan dengan harga yang cukup di jangkau, hemat waktu serta biaya. Alat musik ini cukup di mainkan satu orang dalam pagelaran. 

Sebagai generasi Kedang patut melestarikan, dan harus mewariskan kepada generasi yang akan datang, karena bukan kita siapa lagi, dan kalau bukan sekarang kapan lagi. 

Penulis: Sudarjo Abd. Hamid, Guru, jurnalis matalinenews, penulis buku (Goresan Syair dari Negeri Ikan Paus, Guru yang di Rindukan, dan Kerinduan untuk Mu Ibu).