Notification

×

Himpunan Pelajar Mahasiswa Alor Yogyakarta Periode 2023-2024 Gelar Pelantikan

Senin, 04 September 2023 | September 04, 2023 WIB

himpunan_pelajar_mahasiswa_alor_yogyakarta
Foto: Usai Pelantikan Dialnjutkan dengan Dialog Publik (Dok. Istimewah)

YOGYAKARTA- Gedung Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa (STPMD) APMD Yogyakarta menjadi saksi dari momen penting dalam perjalanan Himpunan Pelajar Mahasiswa Alor Yogyakarta (HIMPA-YK). Dalam acara yang penuh semangat ini, dilaksanakan pelantikan kepengurusan HIMPA-YK periode 2023-2024 dan diselingi dengan Dialog Publik dengan tema "Peluang dan Tantangan Generasi Milenial NTT dalam Mempertahankan dan Mengembangkan Kearifan Lokal NTT di Era Society 5.0."  

Acara pelantikan yang berlangsung pada Sabtu (02/09) mengundang para anggota HIMPA-YK, alumni, serta pihak terkait dalam upaya membangun kesadaran akan pentingnya mempertahankan dan mengembangkan kearifan lokal Nusa Tenggara Timur (NTT) di era teknologi informasi yang semakin maju.


Pengurus HIMPA-YK yang baru terpilih, dipimpin oleh Presiden HIMPA-YK, Anang Koho serta sejumlah pengurus lainnya siap untuk mengemban amanah dan menjalankan visi- misi yang telah disepakati dalam satu periode kedepan.


Dalam Dialog Publik yang sampaikan oleh Narasumber Ilhamsyah Muhammad Nurdin (Filsuf Muda Ujung Pasisir) membahas tema yang sangat relevan dengan perkembangan zaman saat ini.


Menurut Ilhamsyah, kearifan lokal merujuk pada kumpulan pengetahuan, nilai-nilai, praktik, tradisi, dan norma-norma budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi dalam suatu komunitas atau wilayah tertentu. Kearifan lokal mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang cara hidup, hubungan antarmanusia dan alam, serta cara beradaptasi dengan 

lingkungan fisik dan sosial tertentu. Kearifan lokal dapat sangat beragam dari satu wilayah ke wilayah lainnya, dan ini adalah aspek penting dari keanekaragaman budaya di seluruh dunia. 


Ia juga menjelaskan bahwa beberapa contoh unsur-unsur yang dapat membentuk kearifan lokal, seperti;


Bahasa dan Sastra, bahasa adalah salah satu elemen utama dari kearifan lokal. Ini mencakup penggunaan bahasa dalam percakapan sehari-hari, mitos, legenda, cerita rakyat, puisi, dan sastra lokal lainnya yang mencerminkan nilai-nilai dan pandangan dunia komunitas tersebut.


Tradisi Agama dan Keagamaan,  Ritual, perayaan agama, dan praktik keagamaan lokal adalah bagian penting dari kearifan lokal. Ini mencakup upacara keagamaan, doa, dan tradisi yang unik bagi komunitas tersebut.


Kesenian dan Seni, Seni tradisional seperti tari, musik, lukisan, patung, dan kerajinan tangan adalah cara ekspresi budaya yang penting. Mereka sering mengandung pesan-pesan budaya dan sejarah komunitas.


Makanan dan Pola Makan, Makanan adalah bagian integral dari budaya. Cara makan, jenis makanan yang digunakan, dan resep tradisional merupakan elemen yang mencerminkan aspek kearifan lokal.


Pengetahuan Lingkungan, Pengetahuan lokal tentang lingkungan, tumbuhan, dan hewan di wilayah tertentu adalah contoh penting dari kearifan lokal. Ini mencakup praktik pertanian, pengelolaan sumber daya alam, dan adaptasi terhadap perubahan lingkungan.


Sistem Perilaku dan Etika Sosial, Norma-norma sosial, nilai-nilai, dan etika yang diikuti oleh masyarakat juga merupakan bagian dari kearifan lokal. Ini mencakup cara berinteraksi dengan sesama, struktur keluarga, dan nilai-nilai komunitas.


Pengetahuan Tradisional, Pengetahuan tradisional mencakup pengetahuan lokal tentang pengobatan tradisional, penggunaan tanaman obat, serta metode penyembuhan yang diwariskan dari nenek moyang.


Sistem Pengetahuan Budaya, Ini mencakup pengetahuan tentang sejarah, mitologi, dan cerita-cerita yang melekat pada budaya dan wilayah tertentu.


Peria kelahiran Lembata ini juga menambahkan bahwa, Kearifan lokal adalah warisan budaya yang sangat berharga dan sering kali rentan terhadap hilangnya ketika komunitas berubah dan terpapar pada pengaruh luar. Oleh karena itu, pelestarian dan penghargaan terhadap kearifan lokal adalah bagian penting dari menjaga keragaman budaya dan melestarikan warisan budaya yang berharga


"Beberapa peluang yang bisa dilihat diantaranya; Pertama, akses ke teknologi. Generasi milenial memiliki akses yang lebih besar ke teknologi dan internet, memungkinkan mereka untuk mempromosikan dan mendokumentasikan kearifan lokal secara lebih efektif. Kedua, kreativitas digital. Mereka memiliki keterampilan kreatif dalam menghasilkan konten digital, seperti video, podcast, dan situs web, yang dapat digunakan untuk mempopulerkan budaya dan tradisi NTT. Ketiga, jaringan sosial global. Generasi milenial dapat berinteraksi dengan berbagai budaya di seluruh dunia melalui media sosial, memungkinkan pertukaran ide dan pengaruh yang positif." jsambung Ilhamsyah Nurdin


Menurut dia, tantangan yang akan hadir diantaranya kehilangan nilai tradisional. Penggunaan teknologi yang berlebihan dapat menyebabkan generasi milenial melupakan atau mengabaikan kearifan lokal NTT yang mungkin dianggap kuno. Globalisasi membawa pengaruh budaya luar yang dapat merusak kearifan lokal jika tidak dijaga dengan baik dan idak semua generasi milenial di NTT memiliki akses yang sama ke teknologi, sehingga ada risiko eksklusi digital.


Sehingga, sambung Nurdin,  beberapa langkah-langkah konkret solusi yang bisa diambil diantaranya,  membangun program pendidikan yang memasukkan pembelajaran tentang budaya, tradisi, dan sejarah NTT ke dalam kurikulum sekolah. Ini akan membantu memperkuat identitas budaya generasi milenial. Mendorong generasi milenial untuk memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan kearifan lokal, mereka dapat membuat konten edukatif, cerita, dan tutorial yang memperkenalkan aspek- aspek budaya NTT. Mengadakan forum dan pertemuan yang memungkinkan generasi milenial untuk berkolaborasi dengan generasi sebelumnya dalam menjaga tradisi dan budaya lokal. Ini dapat berupa lokakarya, festival, atau proyek bersama. Mendorong pengembangan teknologi lokal yang mengintegrasikan nilai-nilai kearifan NTT. Contohnya, aplikasi smartphone untuk mendokumentasikan cerita rakyat atau penerapan teknologi dalam produksi kerajinan lokal. Memberikan pelatihan digital kepada mereka yang belum memiliki akses atau keterampilan dalam teknologi, Ini akan membantu mengurangi kesenjangan digital dan memastikan semua generasi milenial dapat berpartisipasi . Bekekerjasama dengan lembaga budaya, pemerintah daerah, dan LSM untuk mendukung proyek-proyek yang mempromosikan dan melindungi kearifan lokal NTT dan mendorong generasi milenial untuk melihat budaya lokal sebagai bagian integral dari identitas mereka sendiri, bukan sebagai beban atau kewajiban.


Melalui langkah-langkah konkret seperti ini, generasi milenial dapat memainkan peran penting dalam mempertahankan dan mengembangkan kearifan lokal NTT di era Society 5.0, sambil memanfaatkan teknologi dengan bijak untuk mendukung tujuan ini.


"Diharapkan bahwa pengurus HIMPA-YK periode 2023-2024 akan menjadi agen perubahan yang mendorong kolaborasi antara generasi milenial NTT dan teknologi untuk keberlanjutan budaya dan kemajuan masyarakat setempat." pungkas Ilhamsyah Muhammad Nurdin (Filsuf Muda Ujung Pasisir) Via WhatsApp (03/09)


(FD)