Notification

×

Ketua FMN Cabang Kupang: "Pendidikan Kita Itu Hanya di Orientasikan Mencetak Tenaga Kerja yang Siap Dibayar Murah"

Sabtu, 08 Juni 2024 | Juni 08, 2024 WIB

ketua_fmn_cabang_kupang_podcast
Foto: Ketua FMN Cabang Kupang Periode 2023-2024 Febrianto Bintara (Narasumber) Fathur Dopong Host- Pers Podcast Matalinenews (Tamkap Layar YouTube Matalinenews)

MATALINENEWS, KUPANG
-- Ketua From Mahasiswa Nasional (FMN) Cabang Kupang Periode 2023- 2024 
Febrianto Bintara menilai sistem pendidikan di Indonesia tidak Ilmiah.


"Kampus hari ini sangat jauh dari kata ilmiah, pendidikan sudah tidak relevan, ilmu pengetahuan teori-teori yang di ajarkan di kampus kebanyakan tori-teori dari zaman abad pertengahan, abad modernisme. Itu artinya pendidikan yang diajarkan hari ini tidak mampu menyesuaikan diri dengan situasi perkembangan zaman makanya kita menganggap itu merupakan bentuk ketidak ilmiahan," jelas Ketua From Mahasiswa Nasional (FMN) Cabang Kupang Periode 2023- 2024, Febrianto Bintara dalam Podcast tayangan YouTube matalinenews, bersama host Fathur Dopong pada, Jumat (07/06/24)


Dalam tayangan vidio berdurasi 18 menit lebih tersebut, Ketua From Mahasiswa Nasional (FMN) Cabang Kupang Periode 2023- 2014 Febrianto Bintara menjelaskan bahwa soal FMN itu cukup kompleks, FMN sendiri kita menyebutnya sebagai organisasi massa yang betul-betul lahir dari keresahan masa itu sendiri, dia betul-betul lahir dari adanya ketidakadilan di tengah-tengah masa.


Menurut dia, Tanggal 18 Mei 2003 FMN tidak serta merta lahir karena memang gabut-gabutan, tapi dia lahir karena memang ada kesenjangan ada disparitas baik itu pendidikan maupun kehidupan sosial. Awal mula lahir namanya bukan From tapi Forum Mahasiswa Nasional, setelah itu disatukan secara nasional menjadi From Mahasiswa Nasional (FMN). From Mahasiswa Nasional merupakan sebuah organisasi massa mahasiswa yang bergerak di dalam kampus, jadi FMN dibangun untuk memperjuangkan hak-hak mahasiswa sebetulnya, FMN dibangun untuk memperjuangkan isu-isu mahasiswa.


Di FMN kita memiliki beberapa tuntutan-tuntutan pokok di dalam kampus, yakni  bagaimana negara harus mampu mewujudkan pendidikan yang ilmiah,  pendidikan yang demokratis kemudian pendidikan yang mengabdi kepada rakyat. Kita melihat bahwasanya hari ini pendidikan kita itu sangat-sangat jauh dari kata ilmiah, jauh dari kata demokratis dan juga jauh dari kata mengabdi kepada rakyat. Kalau kita mengulas jauh tentang pendidikan, ada beberapa pertanyaan yang cukup filosofis dalam dunia pendidikan, bagaimana apa itu pendidikan, kemudian dari mana asalnya pendidikan itu kemudian kemana arah pendidikan kita khususnya Indonesia dan di masa depan kemana arahnya.


Pendidikan itu merupakan sebuah proses dialektika kehidupan manusia untuk bagaimana dia mau mengembangkan ilmu pengetahuan yang maju, ilmu pengetahuan yang terus mampu untuk menyesuaikan diri dengan keadaan, artinya dia selalu mampu berdialetika dan mampu menyesuaikan dengan situasi. Pendidikan itu kemudian melahirkan ilmu pengetahuan, melanjutkan  teori-teori yang relevan dengan zaman, hari ini kenapa kita menyimpulkan bahwasanya pendidikan di kampus kita hari ini sangat jauh dari kata ilmiah, karena memang hari ini pendidikan kita sudah tidak relevan. Ilmu pengetahuan teori-teori yang di ajarkan di kampus itu kebanyakan merupakan teori- teori dari zaman abad pertengahan, abad modernisme itu masih diterapkan sampai sekarang artinya ilmu pengetahuan yang diajarkan di dalam dunia pendidikan hari ini tidak mampu menyesuaikan diri dengan situasi perkembangan zaman, makanya kita menganggap itu merupakan bentuk ketidak ilmiahan.


Pendidikan yang tidak demokratis, artinya pendidikan hari ini khususnya di Indonesia itu sebetulnya hanya mampu diakses oleh kalangan tertentu, tidak demokratis artinya semua orang itu mampu punya akses yang sama terhadap dunia pendidikan. Kita mengatakan bahwa kita punya hak yang sama di dalam pendidikan, namun kita tidak memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses pendidikan itu yang merata, artinya anak kaum tani tidak punya kesempatan yang sama dengan anak pemodal, sehingga membuat kita menyimpulkan bahwa hari ini pendidikan kita itu tidak demokratis.


Pendidikan yang tidak mengabdi kepada rakyat, kita lihat dalam pertanyaan filosofis tadi bahwa kemana tentunya arah pendidikan, orientasi pendidikan itu seperti apa?. Kilas balik sejarah kebelakang pendidikan yang semulanya, dulu sebelum manusia menemukan cara menulis membaca dan lain sebagainya, manusia itu belum memiliki ilmu pengetahuan yang begitu maju artinya misalkan di zaman komunal primitif namun dari situ dia perlahan belajar kalau kita  memiliki sebuah teori bahwasanya keadaan sosial itu menentukan kesadaran sosial masyarakat, keadaan alam dimasa lalu yang kemudian mengharuskan manusia untuk berdialetika dan kemudian menciptakan senjata dalam bentuk kapak batu, karena keadaan alam yang sangat keras pada waktu itu, dimana mereka harus berada di tengah- tengah ribuan hewan buas dia dituntut untuk bertahan disitu, maka disitulah pendidikan disitulah ilmu pengetahuan sejatinya timbul di mana dia mampu menilai bahwa keadaan seperti ini mengharuskan saya untuk bertahan dengan cara membuat persenjataan. 


"Disitulah kemudian harus di selaraskan dengan perkembangan zaman, semakin maju perkembangan zamannya harusnya ilmu yang dipelajari oleh mahasiswa itu semakin maju, namun hari ini kalau kita lihat di kampus-kampus bahkan kita masih pakai buku dari tahun 90-an sementara situasi tahun 90-an dengan situasi 2024 hari ini berbeda, sehingga tidak bisa kita jadikan sebagai panduan,"ungkap Febrianto


Soal pengabdian, pria kelahiran Pualu Flores ini menuturkan bahwa orientasi pendidikan tadi harusnya pendidikan atau ilmu pengetahuan yang didapat oleh seorang mahasiswa di dalam kampus, pelajar di bangku-bangku SMA SMP harus mampu menyelesaikan persoalan yang ada di tengah-tengah masyarakat, ketika dia sudah mempelajari sesuatu di kampus maka dia harus membawa teori itu sebagai metode, sebagai panduan untuk kemudian menyelesaikan persoalan yang ada di tengah rakyat,  ketika teori ini tidak mampu untuk menyelesaikan persoalan maka pengetahuan atau teori itu harus dibawa kembali ke kampus untuk dievaluasi, apa kelemahannya. 


Dia mencontohkan, ada konflik di tengah masyarakat dan ketika teori resolusi konflik itu dibawa oleh FISIP ke tengah masa dan tidak mampu untuk menyelesaikan problem yang kemudian dihadapi oleh masa, artinya ada yang salah maka harus kembali ke kampus untuk dievaluasi untuk dinilai apa kelemahan. 


Itu yang disebut sebagai nilai dealistika ilmu pengetahuan yang seharusnya dijalankan hari ini, namun hari ini pendidikan jauh sekali dari harapan rakyat. Pendidikan kita hanya di orientasikan untuk mencetak ijazah, hanya di orientasikan untuk mencetak tenaga kerja yang siap dibayar murah, "saya ambil contoh Labuan Bajo kota super premium yang begitu megah, kampus di Labuan Bajo di orientasikan untuk mencetak tenaga kerja yang dipekerjakan di hotel-hotel milik pemodalan ini, sangat oronis sekali," ujarnya


Menurutnya, UKT itu sebetulnya bagian dari bentuk ketidak demokratisannya pendidikan karena semakin UKT itu naikkan bahwa anak-anak petani mimpinya itu akan semakin susah untuk digapai, ketika UKT naik maka mereka akan semakin gadu, semakin kebingungan karena kenaikan UKT merupakan dampak dari komersialisasi di dunia pendidikan. Komersialisasi dunia pendidikan kita  menilai bahwasanya hari ini pendidikan kita itu ibarat sebuah komunitas yang kemudian dipasarkan, buktinya setiap tahun uang kuliah pasti naik dan mahasiswa yang kemudian melakukan protes, rakyat yang kemudian melakukan protes terhadap kenaikan UKT kemudian melakukan negosiasi dengan kampus itu sebetulnya merupakan tawar-menawar harga pendidikan.


"Begitu banyak kasus kemudian ketika mahasiswa melakukan protes akhirnya kampus melakukan pembungkam mahasiswa dengan begitu banyak metode, intimidasi bahkan sekretariat BEM ditutup di segel menunjukkan betapa tidak demokratisnya pendidikan," beber Febrianto


Dia juga memuji salah satu kampus di NTT yang menggunakan hasil komoditas sebagai alat pengganti uang kuliah, seperti terjadi di kampus Universitas Muhammadiyah Maumere (Unimof) "sebenarnya itu bagus sebetulnya lebih efektif,  artinya apa yang dihasilkan oleh petani itu yang kemudian dijadikan sebagai alat pembayaran, alat tukar dari pendidikan itu kan lebih bagus karena hari ini kita semua apa-apa di era neoliberalisme semua harus diuangkan, pemodal itu tidak akan pernah mau ketika apa yang dia investasikan itu tidak memperoleh untung, dia harus memperoleh untung maka semuanya harus diuangkan termasuk pendidikan dan langkah yang dilakukan oleh Universitas Muhammadiyah Maumere merupakan langkah yang sangat maju sebenarnya, karena dia paham situasi kaum tani, paham latar belakang mahasiswa dan latar belakang pekerjaan orang tua mahasiswa, maka ketika dia mau kuliah apa yang dia punya itu yang dia berikan," ungkap Febrianto Bintara.


Ketika Fathur juga menyinggung soal keterlambatan FMN dalam aksi aliansi papua merdeka, Febrianto Bintara membatah bahwa selama saya di FMN,  belum pernah ada satupun seruan dari pusat yang kemudian mengarahkan kita untuk tergabung di dalam apapun aliansinya yang kemudian mendukung kemerdekaan Papua, secara nasional secara prinsip organisasi  kita tidak pernah tergabung dalam itu, mungkin karena memang hari ini situasi FMN juga cukup sulit  dan memprihatinkan didalam internalnya karena memang ada beberapa oknum yang kemudian membawa organisasi ke arah yang tidak betul.


"Soal keterkaitan dengan mendukung gerakan Papua Merdeka itu belum ada seruan bukan belum ada mungkin tidak ada seruan secara nasional, menurut dia yang kita butuhkan hari ini adalah persatuan seluruh rakyat Indonesia jadi tidak ada alasan untuk kita berpisah-pisah.


"FMN sering menyebutnya sebagai organisasi anak Zaman,  karena di FMN itu kita sebetulnya tidak memiliki budaya senoritas, kita tidak menggunakan budaya senoritas tidak punya budaya abang-abang, walaupun demikian kita di FMN mampu untuk saling menghargai antara kawan  tanpa ada senoritas. FMN itu punya gudang teori yang kemudian bisa digunakan, FMN itu selain bergerak di dalam kampus dia juga turut melakukan advokasi terhadap masalah-masalah yang tengah panas misalkan soal UKT kalau kampusnya, kemudian tabungan perumahan Rakyat  kemudian beberapa itu agraria," ungkapnya.


Lanjut dia, di FMN juga kita banyak sebetulnya agenda kita, kalau mau  menjadi seorang anggota FMN itu sebetulnya persyaratannya gampang saja orang nya tidak gila, mahasiswa dan tidak gila sesimpel itu artinya mahasiswa siapa saja itu boleh dan berhak karena organisasi itu adalah haknya mahasiswanya boleh bergabung dan kalau masuk di FMN itu tidak ribet tinggal masuk gabung ikut mendidikan jadi pendidikan. 


Pendidikan sendiri ada tahapannya, yaitu pendidikan dasar organisasinya, pendidikan menengah organisasi dan pendidikan lanjutan, selain pendidikan itu kita juga sering melakukan diskusi khusus misalkan diskusi filsafat kemudian jurnalistik dan lain- lain sebagainya. Kemudian banyak isu-isu bedah kasus itu banyak lah kajian-kajian yang kemudian kita buat,  kita tidak hanya sebatas organisasi mahasiswa yang kemudian hanya bergelut dalam diskusi-diskusi diskusi tapi kita juga praktek pengabdian.


"Bagi FMN, pendidikan yang harusnya ada di indonesia hari ini itu merupakan pendidikan yang ilmiah pendidikan yang demokratis dan pendidikan yang mengabdi kepada rakyat dan FMN juga menentang privatisasi komersialisasi dan juga liberalisasi dunia pendidikan karena itu merupakan akar dari persoalan kenaikan mahalnya biaya pendidikan di Indonesia," pungkas Ketua From Mahasiswa Nasional (FMN) Cabang Kupang Periode 2023- 2024 Febrianto Bintara. (FTR)